Setelah makan malam, Erwin
menunggu ayahnya pulang sambil browsing lewat laptop di kamar. Ia bertanya pada
Mbah Google tentang bagaimana caranya naik motor. Ia tidak bertanya pada ibunya
karena ibunya juga tak bisa naik sepeda motor. Menurut ibunya, itu tak terlalu
penting bagi seorang ibu rumah tangga. Lagipula ibunya punya sepeda jika ingin
keluar rumah.
Ayah Erwin memang suka pulang
malam karena jabatannya sebagai kepala perusahaan percetakan buku. Inilah salah
satu penyebab putranya suka membaca. Tapi Erwin sering merasa sendirian karena
temannya di rumah hanyalah buku dan laptop. Apalagi ayahnya yang idealis suka
menekan dia. Faktor-faktor itulah yang menciptakan kepribadiannya sekarang.
Sekitar 2 jam kemudian, terdengar
mobil berderu. Brruum… Bruum… Ayah Erwin baru pulang, memasukkan mobilnya ke
garasi. Tapi sayang, anak bungsunya kini sudah tertidur ditemani laptop yang
masih menyala di sampingnya.
Keesokan harinya di sekolah, Erwin
menceritakan kejadiannya semalam pada Tommy. Tommy jadi bersimpati. Ia berniat
memberitahu kedua Ranger yang lain, meski dilarang Erwin karena malu. Tapi
begitulah Tommy. Ia tidak ingin tunduk pada perintah siapa pun atau peraturan
apa pun, kecuali peraturannya sendiri. Buktinya saat jam istirahat, Tommy
menceritakan semuanya pada Surdi dan Tofan mulai dari ejekan Agus sampai
kejadian tadi malam.
“Wah, tahu begitu, kemarin gue
nggak usah rapat OSIS aja, Gan,” keluh Tofan.
“Udah terlanjur, Fan. Mungkin
nanti kita bisa ngajarin dan ngelatih dia,” sahut Tommy.
Surdi terlihat diam sebentar,
berpikir bak detektif. “Ini our mission yang baru. We nggak boleh ngebiarin
Agus menang demi mengakhiri derita Erwin!” kata Surdi ekspresif. Gayanya sudah
seperti aktor tulen.
Sepulang sekolah, Surdi tidak
mengantar Erwin pulang dulu, melainkan langsung menuju suatu lapangan. Erwin
bertanya-tanya pada Surdi setelah rumahnya lewat. Ia mengira Surdi kebablasan
lagi, tapi ternyata Surdi sengaja. Ia meminta Erwin untuk menurut saja padanya.
Tiba di lapangan tersebut, Erwin
sudah disambut oleh kedua Ranger lain. Ia sudah menduga kalau ada misi The
Rangers di balik semua ini.
Setelah Tofan menceritakan
misinya, Erwin jadi sedikit jengkel pada Tommy. Erwin memasang muka kesal pada
Tommy.
“Win, muka lo kenapa?” tanya Tommy
polos, tapi tak ada sahutan dari Erwin.
“Maafin gue ya, udah ngebocorin.
Tapi kan sekarang lo jadi bisa latihan motor. Lagipula niat gue kan baik, biar
lo bisa segera latihan buat ngalahin Agus. Jangan marah, ya,” kata Tommy lagi, menyesal.
Erwin kembali diam. Ini pertama
kalinya Erwin marah dengan sahabatnya sendiri. Beruntung, Tofan mencairkan
suasana.
“Udah. Daripada kita buang waktu,
mendingan kita latihan motor sekarang,” kata Tofan.
Erwin pun berlatih sepeda motor
dengan Tofan dan Surdi, meninggalkan Tommy yang masih menyesal. Erwin berlatih
sepeda motor memutari lapangan, kemudian baru ke jalan aspal. Tofan memberi
contoh dan instruksi dengan baik, sedangkan Surdi memberikan petuah dan
motivasi.
Setelah berlatih cukup lama, Erwin
sudah bisa naik motor. Ia sudah lebih percaya diri sekarang.
Hari Jumat keesokan harinya,
sepulang sekolah mereka berlatih bersama lagi. Erwin ternyata masih marah
dengan Tommy. Ia tidak mengobrol dengan Tommy lagi, meski mereka sebangku.
Sedangkan Tommy yang merasa bersalah tetap menemani Erwin berlatih. Hari ini
Erwin dilatih cara-cara ngebut di jalanan yang baik dan benar dengan tetap
menaati peraturan lalu lintas.
Pada hari terakhir sebelum
balapan, yaitu hari Sabtu, mereka berlatih untuk yang terakhir. Erwin mencoba
menaklukkan rute jalan lingkar yang nanti akan ia gunakan untuk balapan melawan
Agus. Rute itu sebenanya agak berbahaya karena banyak truk yang lalu lalang,
udara yang kotor dan berdebu, juga seringkali macet. Tapi apa boleh buat,
itulah kesepakatannya.
Malamnya, Erwin makan malam lebih
cepat dari biasanya karena hendak pergi balapan. Kemudian ia berpamitan dengan
ibunya sesuai dengan instruksi Tofan.
“Bu, aku hendak pergi berolahraga
dengan teman-temanku,” kata Erwin sambil mencium tangan ibunya. Padahal
olahraga yang Erwin maksud adalah balapan, tapi inilah cara yang paling tepat
agar tak dilarang pergi.
“Lho, kok tumben? Malam-malam
lagi,” sahut ibunya heran.
“Tak masalah, Bu. Aku sudah SMA.
Lagipula aku memang perlu banyak olahraga.”
“Ya sudah, hati-hati ya, Win.”
Ibunya membukakan garasi rumah untuk Erwin. Ia memang terbiasa dengan
teman-teman Erwin yang suka aneh-aneh, seperti waktu ulangtahun Surdi kemarin,
saat Erwin dan teman-temannya pergi ke rumah Surdi tengah malam. Beruntung, ibu
Erwin percaya pada anaknya sehingga ia tidak melarang pergi.
Erwin pergi ke rumah Surdi naik
sepeda. Di sana, sudah berkumpul ketiga Ranger yang lain. Meski gengsi, Erwin
mencoba berterima kasih dan baikan lagi pada Tommy, karena berkatnya, ia jadi
bisa naik sepeda motor.
“Tom, terima kasih, ya. Meski kamu
membocorkan ini, kamu membuatku bisa naik sepeda motor tepat pada waktunya.”
“Iya, sama-sama, Win. Kalo menurut
gue sih, antar sahabat itu nggak ada yang perlu ditutup-tutupin. Nggak usah
malu, kita semua terima kok,” sahut Tommy mengedipkan matanya.
Setelah itu, mereka berempat pun
pergi ke alun-alun. Tofan dan Tommy berboncengan naik vespa, sedangkan Surdi
dan Erwin berboncengan naik sepeda motornya. Di tengah perjalanan ke sana,
Erwin berusaha meminta maaf pada Surdi.
“Sur, aku minta maaf, ya. Soalnya
kemarin-kemarin aku sudah membuatmu terlambat,” kata Erwin yang masih menyimpan
rasa bersalahnya.
“No problem, Win. Justru I
harusnya bilang ‘thanks’ sama you. Soalnya gara-gara you, I jadi lolos pemeriksaan
rambut dan lolos juga dari ulangan Mrs Lusi,” sahut Surdi.
“Oh, begitu, ya. Haha… sama-sama,
Surdi.”
Setelah menunggu sebentar di
alun-alun kota, mata The Rangers terpana oleh motor gede mahal mengkilap yang
mungkin hanya ada satu di kota itu. Warnanya hitam dan ditempeli stiker
berbentuk nyala api. Sudah seperti motor pembalap betulan. Sayangnya,
penunggangnya terlihat tidak matching dengan tunggangannya. Sosok penunggang
berperut besar itu melepas helmnya, dan terlihatlah wajahnya yang kurang kece.
Dialah Agus.
Berlanjut ke Bagian 4...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar