S
|
EORANG remaja terlihat masih mengenakan seragam SMA-nya saat
sedang asyik facebook-an. Namanya Tofan. Ia memakai kacamata, mungkin karena
kebanyakan menatap komputer di rumahnya. Saat sedang facebook-an itu, ia
melihat kalau hari ini tanggal 8 Agustus. Tak percaya pada matanya, ia
mengucek-ucek matanya sendiri lalu melihat ke
kalender. Ternyata memang benar tanggal 8 Agustus.
Ia mengambil ponsel di saku
celananya kemudian mengirim SMS ke kedua sahabatnya, yaitu Tommy dan Erwin.
To: Tommy, Erwin
Gan, kalian inget nggak kalo besok ultahnya Surdi? Gimana
kalo nanti malem jam 12 kita ke sana? Siapin hadiahnya juga lho.
Sementara itu, di ruang tamu
sebuah rumah, remaja lain bernama Erwin sedang asyik ketawa-ketiwi membaca
komik saat mendapat SMS tersebut. Ia kemudian membalas SMS Tofan.
To: Tofan
Oke. Rencananya kamu atur seperti biasanya, ya. Terima kasih
sudah diingatkan.
Cowok berambut ikal itu kemudian
menutup komiknya, lalu memikirkan hadiah yang pas untuk Surdi. Tapi ia sama
sekali bingung. Ia hendak pergi ke toko kado, tapi teringat kalau besok ada
ulangan Fisika. Masalahnya adalah setiap kali Erwin pergi ke toko untuk membeli
sesuatu, butuh waktu lama sekali untuk memilih yang tepat. Ia takut, ia tak
sempat belajar. Maklum, Erwin itu perfeksionis. Ia menginginkan yang paling pas
dan terbaik setiap kali ingin membeli sesuatu. Ujung-ujungnya, cowok kutu buku
ini ingin memberi Surdi sebuah buku.
Erwin pun pergi ke kamarnya. Kamar
cowok itu sangat rapi dan bersih. Padahal bukan pembantu maupun ibunya yang
membersihkannya, tapi ia sendiri. Setiap kali hendak melakukan sesuatu di
kamarnya, entah itu tidur, menata buku, atau belajar, ia selalu merasa terusik
jika kamarnya terlihat berantakan dan kotor. Kamarnya harus rapi dan bersih agar
ia bisa melakukan aktivitas di situ.
Setelah melihat rapi dan bersihnya
kamar Erwin, mata kalian pasti tertuju ke sebuah rak kayu yang hampir penuh
buku. Di rak itu, buku-bukunya juga tersusun rapi, bahkan ada katalognya persis
di perpustakaan, seperti buku pelajaran, nonfiksi, novel, dan komik.
Erwin mencari-cari buku yang pas
untuk hadiah Surdi. Ia tahu Surdi tak suka membaca novel, apalagi buku
pelajaran. Jika memberinya komik, sepertinya ia bisa meminjamnya di persewaan
komik dekat sekolah. Erwin pun memilah-milah buku di katalog nonfiksinya.
Akhirnya, ia mendapat buku yang
tepat untuk Surdi. Ia tahu Surdi suka musik, sehingga ia memberinya buku
berjudul “Biografi Para Musisi Dunia”. Semoga Surdi menyukainya.
Di tempat lain, tepatnya di
lapangan futsal, seorang cowok bertubuh kecil baru saja selesai bermain futsal.
Namanya Tommy. Tak disangka, ternyata ia sudah SMA. Wajahnya humoris karena
murah senyum. Ia bangga karena sudah mencetak 2 gol di menit-menit terakhir,
menyelamatkan timnya dari kekalahan.
Ia mengambil sebotol minuman di
tas selempang kecilnya dan memeriksa ponselnya. Tertulis di ponsel Tommy, ada 1
pesan dari Tofan. Ia menenggak minumannya sambil membaca pesan itu.
Minumannya tersembur karena kaget
saat membacanya. Surdi besok ulangtahun? Aduh, gue lupa, batin Tommy. Apesnya,
minuman itu tersembur ke muka kapten tim lawan yang tadi berhasil ia kalahkan.
Kapten tim lawan itu bertubuh tinggi besar dan berkulit hitam. Wajahnya
terlihat marah dan seperti keluar asap dari kepalanya.
“Lo ngeledek gue?” tanya kapten
tim itu marah.
“Eh, so, sori. Gue nggak sengaja,
Bang,” jawab Tommy.
“Emang nama gue Bambang? Lo
ngeledek gue lagi?” Kapten tim itu berjalan mendekat ke arah Tommy, seperti
hendak menyiapkan pukulannya.
Tommy kabur ke tempat parkir lalu
segera mengayuh sepedanya kencang-kencang meninggalkan tempat itu.
“Woii… jangan kabur lo!” teriak
kapten tim itu dari jauh.
Tommy tak langsung pulang ke
rumahnya, ia pergi ke toko kado “Serba Ada” dulu untuk membeli kado ulangtahun Surdi.
“Mbak, enaknya kado buat
ulangtahun yang pas apa, ya?” Tommy justru nanya ke Mbak penjaga toko.
“Emang uang Adek berapa?” Mbak
penjaga toko itu bertanya balik.
Telinga Tommy serasa tak enak
mendengar kata Adek. “Eh Mbak, biarpun badan gue kecil begini, gue udah SMA
lho. Jangan panggil Adek begitu dong,” Tommy agak kesal.
“Habis manggilnya apa?”
“Aak Tommy,” jawab Tommy sambil
mengedipkan matanya.
“Terserah deh,” Mbak penjaga toko
itu cuek. “Emang punya uang berapa?”
Tommy mengeluarkan uang dari saku
celananya. Terlihat uang lima ribuan lecek di tangannya. “Goceng, Mbak.”
“Cuma goceng? Lo mau beli apa?”
“Emangnya mahal-mahal ya, Mbak?
Kali aja seribu dapet tiga,” jawab Tommy seenaknya.
“Hiih…” Mbak-nya gemas ingin
mencubit Tommy. “Jadi lo mau beli apa?”
“Bentar, Mbak. Lihat-lihat dulu.”
Mbak-nya cuek dan melanjutkan
menjaga toko sambil membaca majalah fashion. Tommy melihat-lihat macam-macam
hadiah, seperti boneka dan aksesoris wanita. Ada juga kaos, jaket, tas, dan
sebagainya. Memang isinya serba ada, bahkan kain flanel, kertas-kertas, dan
alat tulis pun ada.
“Kok mahal-mahal, ya? Masa Surdi
mau gue beliin bando?” Tommy menggumam sendiri sambil melihat berbagai macam
aksesoris wanita.
Terdengar suara deru motor ke arah
toko. Dilihat dari motor gedenya, cowok yang menunggangnya pasti tajir dan
keren. Tapi setelah helmnya dibuka, sepertinya kata “keren” kurang tepat.
Berlanjut ke Bagian 2...