Selasa, 30 Juli 2013

Ulangtahun Surdi Bagian 1


S
EORANG remaja terlihat masih mengenakan seragam SMA-nya saat sedang asyik facebook-an. Namanya Tofan. Ia memakai kacamata, mungkin karena kebanyakan menatap komputer di rumahnya. Saat sedang facebook-an itu, ia melihat kalau hari ini tanggal 8 Agustus. Tak percaya pada matanya, ia mengucek-ucek matanya sendiri lalu melihat ke  kalender. Ternyata memang benar tanggal 8 Agustus.
Ia mengambil ponsel di saku celananya kemudian mengirim SMS ke kedua sahabatnya, yaitu Tommy dan Erwin.
To: Tommy, Erwin
Gan, kalian inget nggak kalo besok ultahnya Surdi? Gimana kalo nanti malem jam 12 kita ke sana? Siapin hadiahnya juga lho.
Sementara itu, di ruang tamu sebuah rumah, remaja lain bernama Erwin sedang asyik ketawa-ketiwi membaca komik saat mendapat SMS tersebut. Ia kemudian membalas SMS Tofan.
To: Tofan
Oke. Rencananya kamu atur seperti biasanya, ya. Terima kasih sudah diingatkan.
Cowok berambut ikal itu kemudian menutup komiknya, lalu memikirkan hadiah yang pas untuk Surdi. Tapi ia sama sekali bingung. Ia hendak pergi ke toko kado, tapi teringat kalau besok ada ulangan Fisika. Masalahnya adalah setiap kali Erwin pergi ke toko untuk membeli sesuatu, butuh waktu lama sekali untuk memilih yang tepat. Ia takut, ia tak sempat belajar. Maklum, Erwin itu perfeksionis. Ia menginginkan yang paling pas dan terbaik setiap kali ingin membeli sesuatu. Ujung-ujungnya, cowok kutu buku ini ingin memberi Surdi sebuah buku.
Erwin pun pergi ke kamarnya. Kamar cowok itu sangat rapi dan bersih. Padahal bukan pembantu maupun ibunya yang membersihkannya, tapi ia sendiri. Setiap kali hendak melakukan sesuatu di kamarnya, entah itu tidur, menata buku, atau belajar, ia selalu merasa terusik jika kamarnya terlihat berantakan dan kotor. Kamarnya harus rapi dan bersih agar ia bisa melakukan aktivitas di situ.
Setelah melihat rapi dan bersihnya kamar Erwin, mata kalian pasti tertuju ke sebuah rak kayu yang hampir penuh buku. Di rak itu, buku-bukunya juga tersusun rapi, bahkan ada katalognya persis di perpustakaan, seperti buku pelajaran, nonfiksi, novel, dan komik.
Erwin mencari-cari buku yang pas untuk hadiah Surdi. Ia tahu Surdi tak suka membaca novel, apalagi buku pelajaran. Jika memberinya komik, sepertinya ia bisa meminjamnya di persewaan komik dekat sekolah. Erwin pun memilah-milah buku di katalog nonfiksinya.
Akhirnya, ia mendapat buku yang tepat untuk Surdi. Ia tahu Surdi suka musik, sehingga ia memberinya buku berjudul “Biografi Para Musisi Dunia”. Semoga Surdi menyukainya.
Di tempat lain, tepatnya di lapangan futsal, seorang cowok bertubuh kecil baru saja selesai bermain futsal. Namanya Tommy. Tak disangka, ternyata ia sudah SMA. Wajahnya humoris karena murah senyum. Ia bangga karena sudah mencetak 2 gol di menit-menit terakhir, menyelamatkan timnya dari kekalahan.
Ia mengambil sebotol minuman di tas selempang kecilnya dan memeriksa ponselnya. Tertulis di ponsel Tommy, ada 1 pesan dari Tofan. Ia menenggak minumannya sambil membaca pesan itu.
Minumannya tersembur karena kaget saat membacanya. Surdi besok ulangtahun? Aduh, gue lupa, batin Tommy. Apesnya, minuman itu tersembur ke muka kapten tim lawan yang tadi berhasil ia kalahkan. Kapten tim lawan itu bertubuh tinggi besar dan berkulit hitam. Wajahnya terlihat marah dan seperti keluar asap dari kepalanya.
“Lo ngeledek gue?” tanya kapten tim itu marah.
“Eh, so, sori. Gue nggak sengaja, Bang,” jawab Tommy.
“Emang nama gue Bambang? Lo ngeledek gue lagi?” Kapten tim itu berjalan mendekat ke arah Tommy, seperti hendak menyiapkan pukulannya.
Tommy kabur ke tempat parkir lalu segera mengayuh sepedanya kencang-kencang meninggalkan tempat itu.
“Woii… jangan kabur lo!” teriak kapten tim itu dari jauh.
Tommy tak langsung pulang ke rumahnya, ia pergi ke toko kado “Serba Ada” dulu untuk membeli kado ulangtahun Surdi.
“Mbak, enaknya kado buat ulangtahun yang pas apa, ya?” Tommy justru nanya ke Mbak penjaga toko.
“Emang uang Adek berapa?” Mbak penjaga toko itu bertanya balik.
Telinga Tommy serasa tak enak mendengar kata Adek. “Eh Mbak, biarpun badan gue kecil begini, gue udah SMA lho. Jangan panggil Adek begitu dong,” Tommy agak kesal.
“Habis manggilnya apa?”
“Aak Tommy,” jawab Tommy sambil mengedipkan matanya.
“Terserah deh,” Mbak penjaga toko itu cuek. “Emang punya uang berapa?”
Tommy mengeluarkan uang dari saku celananya. Terlihat uang lima ribuan lecek di tangannya. “Goceng, Mbak.”
“Cuma goceng? Lo mau beli apa?”
“Emangnya mahal-mahal ya, Mbak? Kali aja seribu dapet tiga,” jawab Tommy seenaknya.
“Hiih…” Mbak-nya gemas ingin mencubit Tommy. “Jadi lo mau beli apa?”
“Bentar, Mbak. Lihat-lihat dulu.”
Mbak-nya cuek dan melanjutkan menjaga toko sambil membaca majalah fashion. Tommy melihat-lihat macam-macam hadiah, seperti boneka dan aksesoris wanita. Ada juga kaos, jaket, tas, dan sebagainya. Memang isinya serba ada, bahkan kain flanel, kertas-kertas, dan alat tulis pun ada.
“Kok mahal-mahal, ya? Masa Surdi mau gue beliin bando?” Tommy menggumam sendiri sambil melihat berbagai macam aksesoris wanita.
Terdengar suara deru motor ke arah toko. Dilihat dari motor gedenya, cowok yang menunggangnya pasti tajir dan keren. Tapi setelah helmnya dibuka, sepertinya kata “keren” kurang tepat.
Berlanjut ke Bagian 2...

Minggu, 28 Juli 2013

Profil The Rangers


A
PA kalian tahu The Rangers? The Rangers adalah kelompok 4 orang sahabat sejak SMP. Mereka selalu bersama menghadapi hari-hari dalam suka maupun duka. Mereka juga suka menolong orang lain tanpa pandang bulu. Nama The Rangers sendiri berasal dari tontonan mereka waktu kecil yang suka membela kebenaran, yaitu Power Rangers. Sekarang, mereka bersekolah di SMA Kusuma. Siapa mereka? Ini dia profilnya.

Tofan si Ranger Merah
Tofan adalah seorang cowok berkacamata yang hobi bermain komputer. Dia selalu meng-update informasi dan wawasannya lewat internet di rumahnya.
Dia bertindak seperti ketua di The Rangers. Ia selalu mengatur rencana dengan baik dalam setiap misi The Rangers. Sifatnya yang bossy itu sering membuatnya terlihat sedikit arogan. Ia aktif di berbagai kegiatan di sekolahnya. Ia juga selalu berambisi mencapai target-targetnya.
Tofan paling suka menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan, entah itu kegiatan sekolah, les, atau misi-misi The Rangers meski ia selalu menyempatkan diri untuk bermain komputer. Warna favoritnya merah karena merah itu lambang keberanian dan pantang menyerah. Tapi meski Tofan suka warna merah, ia paling anti dengan cabai merah, apalagi cabai hijau karena biar pun gayanya sok cool begitu, ia tidak doyan pedas.

Tommy si Ranger Hitam
Tommy adalah anak SMA yang berbadan kecil. Tapi meski begitu, ia tak pernah minder atau grogi. Ia justru sering tampil ceria dan humoris, bahkan sok-sokan. Dalam berbicara, ia suka tidak serius dan menyahut sekenanya. Tingkahnya dan omongannya sering membuat orang lain tertawa.
Hobi Tommy adalah bermain, dari futsal sampai basket, dari catur sampai domino, bahkan ia juga sering bermain hati dengan menggoda cewek-cewek. Hanya satu yang ia tidak bisa mainkan, yaitu bermain judi. Untunglah, jika ia bisa, mungkin ia sudah menjadi penjudi profesional.
Tommy paling suka kalau orangtuanya tidak ada di rumah, karena itu berarti ia mendapat kebebasan bermain dan melakukan yang ia suka, tak ada larangan maupun peraturan. Sedangkan hal yang paling tidak ia sukai adalah kekuasaan yang otoriter yang mengatur dan melarang berbagai hal. Kebebasan itu hal yang ia dambakan. Tommy juga menyukai warna hitam. “Kan keren. Warna cowok gitu loh,” begitu katanya kalau ditanya soal warna favoritnya.


Erwin si Ranger Biru
Erwin adalah anak SMA yang hobinya membaca dan melamun. Mungkin karena kebanyakan melamun dan berpikir itulah, rambutnya jadi ikal. Ia punya banyak buku di kamarnya. Setiap kali berlibur ke luar kota, ia bukannya membeli kaos atau pernak-pernik, justru membeli buku di toko buku. Tak heran kalau ia cerdas dan berwawasan luas. Tapi karena itulah, ia jadi sulit bersosialisasi dan lebih suka menyendiri di rumah. Untung dia punya sahabat-sahabat The Rangers. Ia sangat bersyukur, tak banyak orang yang memiliki sahabat sebaik mereka.
Gara-gara sering melamun dan menyendiri itulah, Erwin jadi introspektif, suka melihat kesalahannya sendiri. Ia juga perfeksionis, ingin segala sesuatunya benar dan sempurna. Mungkin ini juga dipengaruhi oleh orangtuanya yang sering menekan dia dan membuatnya jadi rendah diri. Entah karena wajahnya atau apa, dia suka terlihat murung. Humor Tommy-lah yang selalu berhasil membuatnya tersenyum. Meski begitu, Erwin itu cowok manis, apalagi kalau senyum.
Erwin paling suka kalau ada orang yang memahami sifat-sifatnya yang berbeda karena ia merasa jarang sekali dimengerti. Sedangkan hal yang paling tidak ia sukai adalah pem-bully-an dan diskriminasi. Ia sangat benci dengan hal itu sebab ia dulu pernah di-bully hanya karena soal tampilannya yang kutu buku dan culun. Warna favoritnya biru. “Biru itu melambangkan langit dan laut. Impian setinggi langit dan pikiran sedalam lautan,” ceramah Erwin yang suka memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Surdi si Ranger Hijau
Aneh. Mungkin itulah komentarmu saat tahu namanya. Tapi jangan salah. Surdi itu singkatan dari nama kedua orangtuanya, yaitu Pak Surya dan Bu Dina. Surdi mendapat bakat musik dari ayahnya yang dulu pernah menjadi pengamen untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Gitar yang digunakan mengamen itu juga gitar yang bersejarah karena gitar itulah sarana Pak Surya mengatakan cinta pada Bu Dina. Dari situlah, Surdi terinspirasi dan jadi hobi bermain gitar. Bagi Surdi, gitar bukan hanya alat musik yang unik, tapi juga alat penghasil uang, apalagi bisa digunakan untuk menggaet cewek juga, hehe…
Surdi punya tubuh cungkring. Rambutnya gondrong biar seperti personel-personel band luar negeri, katanya. Bicaranya juga dibuat keinggris-inggrisan. “Sok-sokan to the max!” begitu kata teman-temannya. Tapi Surdi tetap cuek bebek dan menjaga image-nya sebagai calon gitaris band papan atas.
Surdi paling suka kalau bakat musiknya dihargai karena kata Surdi, banyak teman-temannya yang sirik. Sebenarnya bukan karena mereka sirik, tapi karena mereka terganggu dengan gaya Surdi yang nyeleneh dan omongannya yang keinggris-inggrisan. Sedangkan hal yang paling ia tidak sukai adalah hantu atau makhluk supranatural soalnya banyak kabar misterius beredar di desanya sejak ia kecil. Tapi justru itu membuatnya penasaran dan ia jadi sering melihat tayangan-tayangan atau film horor meski ia takut sekali. Warna favorit Surdi adalah hijau karena melambangkan tanaman, katanya. Tapi teman-temannya yakin, Surdi suka warna hijau karena kesannya mistis, ikut-ikut ratu laut selatan.