Senin, 19 Agustus 2013

Konser Bagian 4

“Itu… di situ,” Erwin menunjuk Kiran. “Apa aku salah lihat? Masa dia Kiran?” tanya Erwin.
“Hah?” Tommy menajamkan penglihatannya. “Eh iya, bener.”
Tommy secepat kilat menghampiri Tofan yang sedang mengambil minuman di freezer. “Fan, lo bawa pulpen sama kertas nggak? Ada Kiran tuh, gue mau minta tanda tangan.”
Tofan mengambil sesuatu dari tas punggungnya. “Kiran? Bukannya dia ikut konser?” tanya Tofan kurang tertarik. Ia menyerahkan kertas dan pulpen itu.
“Nggak tahu, tapi mata gue kan nggak pernah salah,” jawab Tommy sambil mengedipkan matanya. Ia lalu secepat kilat pula menghampiri Kiran.
“Nggak pernah salah? Oh iya, dia kan tukang nginceng cewek. Ckckck…” Tofan geleng-geleng kepala.
Melihat Tommy menghampiri Kiran, Erwin terkejut. “Eh tunggu, Tom. Gimana kalau salah orang?” Erwin yang khawatir mengejar Tommy.
“Mbak-nya artis, ya? Minta tanda tangannya dong,” pinta Tommy modus menyentuh pundak Kiran dari belakang.
Kiran menengok, heran melihat ada anak aneh di hadapannya. Erwin menghampiri Tommy, melihat Kiran di depannya. Begitu cantik, sama seperti dulu, batin Erwin.
“Eh, kamu… Erwin?” Kiran bertanya dengan mata membelalak tak percaya. Ia tak menggubris Tommy.
“Ng… Iya,” sahut Erwin gugup.
“Erwiiin… Aku kangen kamu…” Kiran spontan memeluk Erwin. Erwin mematung, antara gugup dan berbunga-bunga. “Nggak nyangka kita ketemu di sini. Kamu apa kabar?” tanya Kiran melepaskan pelukannya.
“Ng… Baik. Kalau kamu? Bukannya… lagi konser?” tanya Erwin masih gugup.
“Iya, sih. Tapi badanku rasanya agak nggak enak. Jadinya, aku mau beli suplemen vitamin gitu di sini,” jawab Kiran.
Sementara itu, Surdi dan Kunti yang lama menunggu di tempat parkir lantas menghampiri minimarket. “Ngapain aja bocah-bocah itu?” tanya Kunti kesal.
Sesampainya di sana, Surdi dan Kunti terkejut melihat Kiran di minimarket, apalagi dia sedang mengobrol dengan Erwin.
“Kamu… ke sini... sama siapa?” tanya Erwin lagi. Ketika ia gugup, perkataannya memang suka patah-patah.
“Itu… sama Pandu,” Kiran menunjuk Pandu yang berjalan ke arahnya. Erwin tak asing dengan wajahnya. Dia sering terlihat di televisi berpasangan dengan Kiran. Memang cocok, dia tampan, sedangkan Kiran cantik. Sama-sama artis pula.
Pandu menghampiri Kiran. “Itu siapa, Yang?” tanyanya.
“Oh iya. Kenalin, ini Erwin, temenku waktu kecil. Win, kenalin juga, ini Pandu, pacarku,” kata Kiran mengenalkan. Erwin dan Pandu pun bersalaman.
Tapi mendengar itu, hati Erwin dan Kunti langsung pecah berantakan. Mereka bagai ditusuk panah tepat di jantung. Melihat ini semua, Surdi yang paham keadaan langsung memulai bicara.
“Er… Kiran, Pandu, sorry, but kami mau segera pergi,” kata Surdi menarik tangan Erwin dan Kunti kembali ke mobil.
“Oke. Hati-hati, ya,” sahut Kiran. “Aku juga mau balik nih. Dah… Semoga ketemu lain waktu.” Kiran melambaikan tangan lalu keluar dari minimarket.
Tommy yang dari tadi dicuekin lantas bingung melihat yang lain sudah pergi. “Lho? Pada ke mana? Nggak jadi dapet tanda tangan nih?” tanya Tommy kecewa berat. Ia lalu kembali ke mobil.
Tak lama kemudian, Tofan menyusul kembali ke mobil tanpa tahu apa yang terjadi pada teman-temannya. “Kalian nggak jadi beli minuman?” tanya Tofan.
“Nggak jadi. Ayo pulang,” sahut Kunti.
“Lho, nggak jadi ke konser juga? Ada apa sih?”
“Nggak jadi semua!” sahut Kunti lagi dengan kesal. Ia pun melajukan mobilnya dengan kencang.
Erwin, Tommy, dan Kunti pulang dengan kecewa. Tapi mereka dapat mengambil hikmah dari kejadian ini, yaitu jangan terlalu nge-fans pada seseorang.


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar