Kamis, 28 November 2013

How to Have A Girlfriend Bagian 3

Sepulang sekolah, The Rangers berkumpul di rumah Tommy. Mereka membicarakan soal Ai. Kunti sedari tadi membuntuti mereka, tapi kini tak berani masuk rumah Tommy. Karena merasa tak bisa melakukan apa-apa lagi, Kunti pun lega. Ia kini tinggal melaporkan semua pada Ai dan mendapat majalah boyband favoritnya.
Sedangkan di rumah, Tommy terlihat kurang bersemangat, sepertinya karena jawaban Ai sebelum ini. Ia lalu bertanya pada teman-temannya tentang Ai.
“Apa saran kalian biar Ai mau sama gue?”
“Lo nggak boleh genit sama cewek-cewek,” saran Tofan.
“Kalo gue udah punya pacar, kebiasaan itu mungkin akan hilang dengan sendirinya,” timpal Tommy. “Menurut lo, Sur?”
“Menurut I, sing a song sambil main guitar di depannya itu yang the best,” sahut Surdi.
“Gue nggak bisa nyanyi, apalagi main gitar,” timpal Tommy lagi.
“Menurutku, mungkin dengan puisi. Mengajaknya ke suatu tempat, lalu membacakannya. Romantis kan?” saran Erwin.
“Wah, ide lo bagus, Win. Lo bisa bikinin gue puisi? Hehe…” pinta Tommy sambil nyengir.
“Jangan, Tom. Lebih baik kamu buat sendiri. Kalau aku yang membuat, namanya bukan dari usahamu sendiri,” sahut Erwin.
“Oh, begitu…” Tommy manggut-manggut.
Malamnya, Tommy mencoba SMS-an dengan Ai sambil membuat rencana. Rencana untuk menembak Ai lagi dengan puisi.
Tommy      :  Ai-chan, udah bisa bilang jawabannya?
Ai-chan    :  Maaf, Tommy-kun. Belum.
Tommy      :  Kok ‘Tommy-kun’? Manggilnya ‘Tommy-ku’ aja bisa? :3
Ai-chan    :  Artinya kan beda.
Tommy      :  Hehe… Ai-chan besok Minggu ada acara?
Ai-chan    :  Pagi-pagi saya mau sepedaan.
Tommy      :  Sama siapa? L *alay*
Ai-chan    :  Sendirian, Tommy-kun. Tapi biasanya sepedaan jam 5-an.
Tommy      :  Pagi-pagi sepedaan sendirian ngapain? :o
Ai-chan    :  Refreshing saja.
Tommy      :  Mau kutemenin? :3
Ai-chan    :  Masa cuma ber2?
Tommy      :  Nggak pa-pa dong. Kan biar so sweet :3
Ai-chan    :  Gak usah deh. Nanti kalau dikira saya sama Tommy-kun ada apa-apa.
***
Pada hari Minggu, Tommy bangun pagi. Tak tanggung-tanggung, dia bangun pukul setengah 5. Kucingnya sampai memandang keheranan. Padahal pada hari libur, biasanya Tommy bangun pukul 8 atau 9, malah pernah sampai jam 11. Sungguh suatu keajaiban, batin kucing Tommy.
Kemudian Tommy mandi dan bersiap-siap berangkat naik sepeda. Benar, Tommy ingin menghampiri Ai dan bersepeda bersama. Meski Ai berkata tidak usah, Tommy tetap pergi ke sana tanpa menghiraukan karang yang menghadang. Ia langsung keluar tanpa berpamitan pada orangtuanya, hanya menuliskan pesan di depan pintu kamarnya. Tommy menulis pesan itu dengan tulisan besar-besar. Tulisannya adalah: Emak, Bapak, gue lagi sepedaan sama temen gue.
Di gang rumahnya, Ai keluar dan bersepeda. Ia kemudian terkejut melihat Tommy sudah ada di ujung gang.
“Hai, Ai-chan!” sapa Tommy sambil senyum-senyum.
“Saya kan sudah bilang ‘gak usah’,” sahut Ai.
“Hidup gue, cara gue,” kata Tommy sambil mengerdipkan matanya.
“Terserah deh. Saya larang pun, kamu pasti gak mau,” sahut Ai lagi dengan putus asa.
Tommy nyengir. Mereka berdua pun bersepeda bersama. Namun, Ai-chan cenderung diam saat bersepeda. Tommy pun mencari bahan obrolan.
“Ai-chan suka sepedaan?” tanya Tommy basa-basi.
“Suka. Kenapa?” sahut Ai.
“Tanya doang, sih. Gue juga suka sepedaan waktu SMP. Waktu SMA udah jarang, soalnya pada naik motor semua. Biasanya pas SMP, gue sepedaan sama temen-temen gue ke warnet buat main game online,” cerita Tommy. “Kalau Ai biasanya sepedaan ke mana?”
“Saya sukanya ke tempat yang pemandangannya indah dan kehijauan. Tapi kalau di kota ini, saya belum tahu banyak tempat-tempatnya. Apa Tommy-kun tahu?”
“Mm…” Tommy berpikir sejenak. “Oh iya, gue tahu tempat yang bagus. Ai-chan pasti suka.”
Tommy pun bersepeda menuju tempat yang ia maksud. Selama perjalanan, mereka berdua sangat menikmatinya, terutama Tommy. Tommy dan Ai lalu bersepeda menuju sebuah gang buntu. Sesampainya di ujung gang buntu, Tommy menepuk bahu Ai dan menunjukkan pemandangan di depannya.
Berlanjut ke Bagian 4...

Rabu, 20 November 2013

Quotes The Rangers 1

D
I bawah ini ditampilkan beberapa quote atau kutipan kata-kata dari tokoh-tokoh dalam serial The Rangers. (NB: Maaf, berhubung ada sedikit urusan, cerita “How to Have A Girlfriend” di-pending sementara :) )

BU LUSI
  • “Tetap saja itu melanggar peraturan dan tidak disiplin, Surdi.” –kepada Surdi saat ia terlambat.
ERWIN
  • “Biru itu melambangkan langit dan laut. Impian setinggi langit dan pikiran sedalam lautan.”
  • “Tentu saja kita ingat, Sur. Kita kan sahabat.” –kepada Surdi saat ia berulangtahun.
  • “Tetaplah fokus pada impianmu, tapi juga tetap ingatlah dengan hal lain, seperti pergaulan.”
  • “Semoga apa yang menjadi pekerjaanku kelak akan berguna bagi banyak orang.”
KAK ERSA
  • “Cita-cita yang paling baik itu yang berdasarkan hobi atau kesukaan.”
KUNTI
  • “Biasanya cewek lebih emosional daripada cowok.”
  • “Gosip kosong lama-lama juga bakal hilang kok.”
RAITA
  • “Cowok keren adalah cowok yang mengerti dan menghargai seni.”
  • “A pen is sharper than a sword.”
  • “Tapi, gimana lo bisa tahu? Lo cuma bisa menduga.”
SURDI
  • “Lebih baik I telat daripada harus ninggalin my friend sendirian.”
  • “Wah, good job, Tom! Ternyata kerjaan ngecengin cewek di bus ada gunanya juga.” –kepada Tommy saat menemukan pelaku dalam masalah majalah sekolah.
  • “Kun, keep smile… Kalau cemberut, beautiful-nya hilang, lho.” –kepada Kunti saat ia ikut fashion show dengan Tommy.
TOFAN
  • “Nggak usah percaya takhayul, Gan.”
  • “Nggak ada waktu berkata seperti itu. Cepat potong kabel merahnya atau kita semua akan mati.” –kepada Erwin saat ia hampir putus asa menjinakkan bom.
TOMMY
  • “Hehe… Lebih baik sok-sokan daripada minderan.”
  • “Kita itu harus sopan dan hormat di depan orang yang lebih tua.”
  • “Kalo menurut gue sih, antar sahabat itu nggak ada yang perlu ditutup-tutupin. Nggak usah malu, kita semua terima kok.”
  • “Gue bukan playboy, soalnya gue jomblo.”
  • “Gue nggak ngikutin lo, cuman hati kita yang terhubung kayak magnet. Jadinya ketarik deh, ke sini.”
  • “Tapi mundur itu sama sekali bukan gue banget. Yang penting ikut, nggak peduli menang atau kalah.”

Jumat, 08 November 2013

How to Have A Girlfriend Bagian 2

“Okay. Karena tak ada pilihan lain, silakan Tommy maju untuk melakukan presentasi,” kata Pak Ferry.
Tommy maju dengan songong. Ia membawa CD berisi presentasinya. Kemudian ia memasukkan CD tersebut ke dalam laptop Pak Ferry. Ia pun membuka presentasinya dengan layar LCD di depan kelas.
“Good morning, class! Without any ‘basa-basi’, I will present my procedure text,” kata Tommy. “How to have a girlfriend!” lanjut Tommy menunjuk layar LCD. Di layar tersebut ada tulisan dan gambar 2 orang berpacaran.
Melihat itu, teman-teman sekelasnya tertawa, sedangkan Pak Ferry hanya senyum-senyum. Tommy pun mulai menjelaskan presentasinya dengan pede.
“The ingredient is only one, ‘yaitu’ love feeling to a girl. The steps are:
·        First, you must ‘kenalan’ with her.
·        Then, you must have her phone number and you must add her social network accounts.
·        Stalk her and find what she likes and dislikes.
·        Be care to her and build a relationship.
·        Say your feeling to her.
·        You may also give her a gift and see what will she react.”
Kemudian, Tommy justru berjalan menuju bangkunya. Teman-teman dan Pak Ferry heran karena Tommy tidak melanjutkan presentasi maupun menutupnya. Tommy tetap pede dan mengambil hadiah berbentuk hati di tasnya. Ia lalu kembali berbicara.
“I will give you a real example. This isn’t a joke, I really do it from my heart,” lanjut Tommy dengan pede. Ia menghampiri bangku Ai, lalu berkata lagi sambil memberikan hadiahnya. “Ai-chan, I love you. Will you be my girlfriend?”
Ai terkejut, ia tak menyangka sama sekali. Ia tak bisa berkata apa-apa. Meski ini hal termanis yang pernah ia alami, namun ia masih ragu karena dari gosip yang beredar, Tommy suka menggoda cewek lain.
Seisi kelas menatap Ai, menunggu jawaban Ai. Beruntung, bel istirahat berdering.
“Okay, class. It’s the breaktime. Good morning!” Pak Ferry bersiap keluar dari kelas. “And for Tommy, I like your style.”
Meski bel istirahat telah berbunyi, separuh isi kelas masih berada di tempatnya, masih menunggu jawaban Ai. Mulut Ai pun mulai terbuka. “Sa… saya… saya belum bisa ngasih tahu jawabannya,” sahut Ai.
“Kenapa?” tanya Tommy.
“Saya perlu waktu,” jawab Ai lagi.
“Oh, ya udah. Nggak pa-pa kok,” sahut Tommy mencoba berlapang dada.
***
Rumah Ai di kota itu ternyata dekat dengan rumah Kunti, sehingga malam itu, Kunti pergi ke sana dengan maksud mengerjakan PR bersama. Namun sesampainya di sana, mereka justru ngerumpi sampai larut. Kunti pun sekalian menginap di rumah Ai malam itu.
“Kunti, kamu dekat sama Tommy dan teman-temannya kan?” tanya Ai.
“Maksud lo The Rangers? Yaa, lumayan deket, sih,” sahut Kunti.
“Melihat kejadian Tommy tadi, apa yang akan kamu lakuin kalau kamu jadi saya?” tanya Ai lagi.
“Yang gue tahu sih, Tommy itu suka nggoda cewek-cewek di bus. Kenal Raita? Dia bahkan sempat jadi korbannya. Kalo gue jadi lo, gue akan nolak dia,” jawab Kunti.
Ai diam dan kepalanya sedikit menunduk. Melihat itu, Kunti heran, tapi ia mulai paham. “Lo kenapa? Jangan bilang lo suka sama Tommy.”
“Mm… Saya nggak tahu. Tapi saya suka melihat sifat dan tingkahnya yang unik. Kadang-kadang saya merasa senang ada di dekatnya. Mungkin dia bisa menghibur saya yang sering kesepian.”
“Tapi kalo dia nggak setia sama lo?” tanya Kunti lagi.
“Mungkin kita perlu menguji kesetiaannya. Saya punya rencana, tapi saya butuh seseorang…”
Keesokan paginya, sebuah mobil berhenti beberapa meter di dekat rumah Tommy. Kunti yang mengenakan seragam SMA turun dari mobil itu. Kemudian, mobil itu pergi kembali.
Kunti berdiri di sana, menunggu Tommy keluar untuk mencegat bus. Rumah Tommy memang berada di pinggir jalan raya sehingga mudah untuk mendapat bus. Namun ditunggu sepuluh menit, Tommy tak kunjung keluar dari rumahnya. Jika Ai tidak mengiming-imingi majalah boyband, Kunti tak akan mau membantunya. Masalahnya semalam, Ai berjanji akan memberikan majalah itu jika Kunti mengawasi Tommy seharian.
Tak lama, Tommy keluar dari rumahnya. Bersamaan dengan itu, sebuah bus datang dan Kunti segera masuk sebelum Tommy mengetahuinya.
Kunti pun duduk di salah satu bangku kosong. Dan secara kebetulan, Tommy duduk di sebelahnya. Namun Tommy tidak terlihat seperti biasanya. Ia terlihat melamun saja dan tidak bersemangat, bahkan ia juga tak menyapa Kunti.
Berhati-hati, Kunti mencoba menyapa Tommy. “Hai, Tom!”
“Hai juga,” jawab Tommy datar.
“Lo kok kayaknya nggak semangat gitu, sih?” tanya Kunti heran.
“Gue nggak mood,” jawab Tommy lagi.
“Kenapa?” tanya Kunti lagi, kepo.
“Bukan urusan lo.”
“Semangat dong. Tuh, banyak cewek-cewek SMA. Nggak lo godain?”
“Nggak ada yang cakep,” jawab Tommy masih datar.
Mendengar itu, Kunti sedikit tersindir. Ia sudah berusaha tampil cantik dengan memakai krim pemutih kulit dan mencoba macam-macam diet namun masih diomongi begitu. Kemudian, ia melihat sosok berpakaian merah dengan rambut kecokelatan yang bergelombang. Sosok itu sedang berdiri dalam bus karena tak mendapat tempat duduk.
“Tom, Tom,” panggil Kunti. “Itu, ada cewek cakep yang pakai baju merah. Nggak lo godain? Mumpung ketemu.”
“Dia waria,” sahut Tommy. Bersamaan dengan itu, sosok berpakaian merah itu membalikkan badan dan terlihatlah wajahnya yang jantan.
“Hii!” Kunti geli sekaligus takut.

Berlanjut ke Bagian 3…

Jumat, 01 November 2013

How to Have A Girlfriend Bagian 1

S
ETELAH kejadian “Pameran Cihuy”, Tommy jadi paham kalau mencari pacar tak semudah yang ia duga. Dulu, ia menduga mencari pacar itu tinggal menyatakan rasa suka, diterima, lalu pacaran. Maklum, dia kan suka menggoda gadis-gadis SMA di bus. Namun kenyataannya, pacaran itu tak semudah membalik telapak tangan.
Tommy sudah tahu ia akan ditolak mentah-mentah jika nembak Raita. Masalahnya, Raita punya prinsip soal pacaran. Gadis berstandar tinggi seperti itu mana bisa Tommy gapai? Meski begitu, Tommy masih belum menemukan pengganti Raita. Siswi-siswi SMA yang ia goda di bus pun hanya datang dan pergi di hatinya. Easy come, easy go.
Erwin menjentikkan jarinya di depan Tommy. “Tom, jangan melamun saja. Pak Ferry sudah datang,” kata Erwin.
Tommy tersadar dari lamunannya. Kemudian, seorang guru berusia kepala empat masuk ke kelas. Ia membawa tas selempang hitam. Rambutnya hitam rapi, berkacamata, dan wajahnya bulat. Namanya Pak Ferry. Meski murah senyum, guru bahasa Inggris ini agak menjengkelkan karena sering terlambat masuk kelas.
Namun tak seperti biasanya, Pak Ferry datang tepat waktu hari ini. Ia tersenyum manis. “Good morning, children! Kali ini saya sengaja datang tepat waktu untuk menyambut murid baru di kelas ini,” kata Pak Ferry.
“Murid baru?” gumam Tommy. Ia pun menyahut girang perkataan Pak Ferry. “Cewek apa cowok, Pak?”
“Perempuan, Tom,” jawab Pak Ferry.
“Cihuy! Cantik, Pak?” tanya Tommy lagi dengan muka senang.
“Iya, Tommy. Itu anaknya sudah datang. Ayo, come in,” panggil Pak Ferry ramah.
Seorang perempuan masuk ke kelas dengan menggendong tas. Kulitnya kuning cerah, lebih cerah dari Raita. Gaya berjalannya anggun. Rambutnya hitam sepunggung, dikuncir dua di belakang. Kepalanya sedikit menunduk sehingga wajahnya tak terlihat. Namun, dilihat dari kulitnya, sepertinya ia memiliki keturunan Oriental.
“Silakan memperkenalkan diri dulu, Nak,” kata Pak Ferry lagi.
“Perkenalkan,” anak baru itu menundukkan badannya sebagai tanda salam. Sewaktu menunjukkan mukanya, terlihatlah senyum manisnya, pipinya yang tembem, dan matanya yang cantik. “Nama saya Sakimi Ai. Biasa dipanggil Ai. Saya berasal dari Jakarta. Orangtua saya pindah ke kota ini karena urusan pekerjaan.”
Melihat dia, Tommy langsung nge-fans. Masalahnya, cara bicaranya mengingatkan Tommy pada anggota JKT48 yang dari Jepang. Tommy pun dengan semangat ’45 mengangkat tangannya untuk bertanya.
“Gue… gue mau tanya,” kata Tommy. “Nama lo bagus. Artinya apa?”
Perempuan itu tertawa kecil mendengar pertanyaan Tommy. “Sakimi itu nama marga Jepang saya. Ayah saya dari Jepang. Kalau Ai itu artinya cinta, soalnya saya lahir pada hari Valentine,” jawab Ai.
“Ai itu artinya apa tadi?” tanya Tommy lagi.
“Cinta,” jawab Ai.
“Kok kayak perasaanku ke kamu?” gombal Tommy. Baru kenal atau pun sudah dekat, gombal tetap harus diluncurkan, hehe…
“Tom… baru kenal udah lo gombalin,” sindir teman-temannya.
“Ya sudah, Ai silakan duduk di bangku kosong di sana,” ujar Pak Ferry. “Now, I will explain about procedure text. Open your book, please. Page 46.”
Ai duduk di bangku kosong di belakang Tommy dan Erwin. Tommy kini lupa dengan Raita dengan mudahnya. Memanfaatkan kesempatan, Tommy pun bertanya pada Ai.
“Ai,” panggil Tommy. “Ai bawa buku paket?”
“Saya belum punya,” jawab Ai.
“A’ak Tommy pinjamin buku paket, nih. Satu untuk berdua, ya,” sahut Tommy sambil pindah ke bangku sebelah Ai. Ia bawa pula buku-bukunya. “Win, lo duduk sendiri dulu, ya,” bisik Tommy ke Erwin.
***
Lambat laun, bayangan Raita di hati Tommy kian menghilang, tergantikan oleh Ai. Tommy bahkan kini punya sebutan khusus untuk memanggil Ai, yaitu Ai-chan. Namun, gadis berdarah Jepang itu bersikap biasa saja ketika didekati Tommy. Mungkin itu karena kepolosan Ai.
Hari ini tanggal 14 Februari, hari yang sering dirayakan sebagai hari kasih sayang atau hari Valentine. Dan hari ini menjadi lebih spesial bagi Tommy karena bertepatan dengan ulangtahun Ai. Ditambah lagi, hari ini ia akan mengungkapkan perasaannya pada Ai.
Dengan sok gagah berani, Tommy turun dari bus yang ditumpanginya. Di tasnya, ia sudah menyiapkan kado berbentuk hati berisi coklat manis semanis Ai. Rencananya, ia hendak mengutarakan cinta saat pelajaran bahasa Inggris.
Bel sekolah kemudian berbunyi nyaring, jam bahasa Inggris yang ditunggu-tunggu Tommy telah tiba. Sialnya, ditunggu 30 menit, Pak Ferry belum datang juga. Dipanggil di ruang guru pun tak kelihatan batang hidungnya. Tommy pun menunggu waktu yang tak pasti.
Saking lamanya, Tommy sudah bolak-balik dari kelas ke ruang guru, tapi Pak Ferry tak kunjung ada.
“Dasar, guru yang harusnya jadi teladan malah nggak disiplin,” gumamnya.
“Siapa yang nggak disiplin, Tom?” tanya seorang pria yang tiba-tiba ada di depannya. Pria itu adalah Pak Ferry sendiri.
“Eh, nggak, nggak pa-pa, Pak,” sahut Tommy salah tingkah.
“Ayo, masuk kelas. Malah jalan-jalan di luar,” tuduh Pak Ferry.
Tommy masuk dengan patuh. Dalam hatinya, ia membatin sebal. Gue tadi kan nyariin Pak Ferry…
Pak Ferry menaruh tasnya di meja guru, lalu berkata di depan kelas. “Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, hari ini kalian akan melakukan presentasi procedure text di depan kelas. Siapa yang ingin maju duluan?”
Tommy mengangkat tangannya dengan semangat, namun Pak Ferry tidak juga menunjuknya. Ia seakan menunggu anak-anak lain mengacungkan tangannya, tapi tak ada yang lain selain Tommy.
“Okay. Karena tak ada pilihan lain, silakan Tommy maju untuk melakukan presentasi,” kata Pak Ferry.
Berlanjut ke Bagian 2…