Rabu, 25 September 2013

Pameran Cihuy Bagian 2

Melihat itu, tanpa pikir panjang Tommy langsung menghampiri. Ia mengguncang bahu Agus sambil berkata, “Gus! Bangun, Gus! Kalo lo mati, gue nggak bisa utang lagi sama lo.”
“Gue belum mati, Oon!” sahut Agus kasar. “Lagipula mana mau gue mati kalo utang lo belum lunas?”
“Tapi gue masih boleh ngutang lo kan?” tanya Tommy.
Agus hanya memandangi dengan muka cemberut. Ia mencoba berdiri, tapi kakinya terluka. Ia juga syok melihat sepedanya rusak. “Hah? Sepeda gue yang baru dan mahal!” Ia memandangi Tommy lagi, kini dengan muka marah. “Tommy!”
Siswa-siswa di sana hanya menonton Agus dan Tommy. Salah satu warga di sana yang tahu langsung menghampiri dan menawari bantuan.
“Habis kecelakaan, ya? Sini, saya bantu,” ujar warga tersebut ramah.
Ia membantu Agus berjalan menuju rumahnya yang dekat dari sana. Tommy ikut sambil membawa sepeda Agus yang rusak. Warga yang ramah itu mengobati luka Agus dan meminta Agus bercerita tentang kecelakaan tadi.
“Semua ini salah dia!” Agus menunjuk Tommy. “Sepedanya berhenti di tengah jalan. Gue coba menghindar, tapi malah ketabrak motor yang lewat.”
“Ini bukan salah dia aja. Dia kan nggak bermaksud nyelakain kamu,” sanggah warga itu.
“Tapi Abang udah lihat sepeda gue kan? Berarti paling enggak kan dia harus ganti rugi,” sahut Agus.
Ganti rugi? Batin Tommy terkejut. Gue aja sering ngutang dia, gimana mau ganti rugi?
“Jangan ganti rugi dong, Gus. Yang lain aja, ya?” bujuk Tommy.
“Kalo gitu, gue tambahin utang lo.”
“Itu sama aja, Agus,” sahut Tommy. “Gimana kalo gue ngelakuin sesuatu buat ganti rugi? Utang-utang gue yang lain tetep, nggak usah ditambah-tambah.”
“Oke, gue setuju. Tapi lo harus nggantiin gue di fashion show Kusuma Expo malem Minggu besok. Deal?” tantang Agus.
“Fashion show? Badan gue kecil begini, mana pantes? Yang ada, gue malah diketawain,” sahut Tommy lagi.
“Lo berani, nggak? Kalo nggak mau, ya utang lo gue tambah senilai sepeda gue yang mahal itu,” balas Agus.
Tommy berpikir. Fashion show di kelas Tommy diwakili oleh Agus dan Kunti. Alasan anak-anak sekelas memilih mereka juga karena tidak ada yang berminat untuk ikut. Mungkin bisa dianggap ini kesempatan besar Tommy mengurangi utangnya yang juga besar, tapi masa dia ikut fashion show…?
***
“APA?!” Terlihat muka Kunti yang terkejut setengah hidup. “Gue ikut fashion show sama lo?!”
“Nggak usah alay, deh. Udah denger cerita gue tadi kan? Ini tuh karena terpaksa,” jelas Tommy.
“Iya, gue tau. Tapi lo itu…” Kunti tak tega melanjutkan perkataannya.
“Kenapa? Gue pendek? Nggak pantes?” tanya Tommy sensitif. “Iya, gue tau. Tapi mundur itu sama sekali bukan gue banget. Yang penting ikut, nggak peduli menang atau kalah.”
“Ya jelas lah, kita kan udah pasti kalah,” sahut Kunti.
“Tolongin dong, Kun. Masa lo nggak kasian sama temen lo satu ini?” Tommy memasang muka super melas.
Melihat muka itu, dinding emosi Kunti pun luluh. “Iya deh, iya. Tapi gue pakai topeng, ya? Biar nggak kelihatan.”
“Cihuy!” Tommy menyahut senang.
Tommy, Kunti, dan beberapa temannya melanjutkan menjaga stand pameran. Stand kelas mereka bernuansa halloween. Mungkin karena ini awal November, sehingga suasana halloween lalu masih terasa. Atau mungkin karena ada tuyul dan kuntilanak di kelas mereka, alias Tommy dan Kunti, hehe…
Namun, tema halloween tersebut justru tak membawa berkah. Buktinya, anak-anak kecil pada takut masuk stand itu karena dikira ada tuyul dan kuntilanak betulan. Tema itu juga jadi masalah bagi Surdi karena ia takut masuk ke dalam.
Sorenya, siswa-siswa lain datang untuk bergiliran menjaga stand. Giliran Tommy dan Kunti hari ini selesai, tapi mereka sudah memutuskan untuk berlatih fashion show dahulu.
Mereka berdua berlatih sendiri di dekat tempat parkir. Dilihat pengendara yang lewat bukan masalah bagi mereka, justru merupakan latihan percaya diri. Saat Tommy mencoba berjalan bak model, di depannya terlihat seorang putri cantik. Bukannya naik kereta kuda, ia justru naik sepeda motor. Dan bukannya memakai mahkota, ia justru memakai helm. Putri itu membonceng seorang pria bak kusir kereta kuda. Dan terkejutnya Tommy ketika tahu kalau pria itu Surdi, temannya sendiri.
Surdi memarkirkan kendaraannya, lalu putri yang diboncengkannya itu turun. Putri itu membuka helm. Maka terlihatlah wajah Raita yang bersinar. Surdi dan Raita kemudian pergi dari tempat parkir tanpa tahu kehadiran Tommy dan Kunti.
Tommy tak jadi berjalan bak model. Ia mematung, melongo dari tadi. Meski kini Raita sudah pergi, ia masih melongo. Dari tadi Kunti juga sudah berceloteh, tapi tak ditanggapi Tommy. Karena kesal, ia pun pergi meninggalkan Tommy sendirian.
Tommy baru sadar ketika sepeda motor di belakangnya membunyikan klakson. Diiin…!
“Ayam! Ayam!” latah Tommy.
Berlanjut ke Bagian 3...

2 komentar:

  1. lhoo..mana lanjutannya ?
    yang ngisi blog ni apa cma satu orang ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nih, cuma 1 orang hehe.. maaf ya, kemarin2 lagi ada kesibukan

      Hapus