Cewek itu dengan cuek hendak
berjalan lagi, tapi langkahnya dihentikan Surdi. “Bentar, bentar. You yang
namanya Raita, ya?” tanyanya.
“Iya. Emang kenapa? Masalah?”
sahut Raita.
“Bukan. Itu, tadi you dipanggil di
ruang sekretariat magazine. Ini I sebenarnya mau nyariin you, eh malah pakai
acara nabrak-nabrak segala,” jelas Surdi.
“Oh, lo nyariin gue buat ngasih
tau itu? Emang gue kenal sama lo?”
“Masa you nggak kenal? I kan calon
gitaris band papan atas,” jawab Surdi pede.
“Kan baru calon,” sahut Raita. “Ya
udah gue ke ruang sekretariat dulu. Makasih ya, infonya.”
Raita pun meninggalkan Surdi.
Surdi tanpa sadar memandanginya terus dari belakang. “Raita itu beautiful juga
ternyata,” gumamnya. “Oh iya. I harus beritahu Tofan.” Surdi pun mengeluarkan
ponsel dari saku celananya.
Pintu ruang sekretariat majalah
terbuka, tak seperti biasanya. Raita mengetuk pintu yang terbuka itu lalu
masuk. Ruangan itu sepi dan gelap, seperti tak ada orang. Saat Raita mencoba
memeriksa ruangan itu, pintu di belakangnya tiba-tiba ditutup oleh sosok
makhluk kecil.
“Waa, tuyul!” Raita menoleh
terkejut.
Sosok itu menyalakan lampu dan
tampaklah wujud Tommy.
“Lho, lo ngapain di sini?” tanya
Raita.
Bukannya menjawab genit seperti
biasanya, ia justru menunjuk Tofan, Erwin, dan Kunti yang berdiri di dekat
situ. Memang untuk masalah misi seperti ini, Tommy menurut kepada Tofan karena
ia percaya Tofan akan melakukan yang terbaik bagi semua.
“Raita, kenapa lo ngelakuin ini
semua ke kita?” tanya Kunti emosional.
“Ngelakuin apa?” Raita sok tidak
tahu apa-apa.
“Tak perlu emosional, Kunti. Biar
Tofan yang menjelaskan,” sahut Erwin.
“Kita udah tahu semua, Raita. Tommy
ngeliat lo waktu lo pergi ke PT Suara Bangsa buat nyebarin foto pelukan Erwin
dan Kiran. Lo juga ketua pembuatan majalah sekolah. Dengan leluasa, lo bisa
masukin foto-foto gue dan Kunti dalam majalahnya. Jadi, lo pasti dalang di
balik semua masalah foto kita,” jelas Tofan.
“Tapi, gimana lo bisa tahu? Lo
cuma bisa menduga.” Raita mencoba beralasan. “Lo kan nggak tahu apa yang gue
lakuin di PT Suara Bangsa. Yang masukin foto-foto kalian juga bisa aja dari
teman-teman yang lain.”
“Kalau begitu, katakan apa yang
kamu lakukan di PT Suara Bangsa,” pinta Erwin.
“Aduh, apa-apaan sih ini? Kalian
lebay deh. Udah, gue mau pulang.”
“Lo harus tanggung jawab, Raita,”
kata Kunti menunjukkan foto konyol Raita di ponselnya.
“Eh, dari mana lo dapet foto itu?”
Raita terkejut.
“Dari mananya itu nggak penting.
Yang penting, lo ngaku atau foto ini gue sebarin,” sahut Kunti.
“Iya deh, iya. Gue yang nyebarin
foto-foto kalian. Gue ketemu kalian naik mobil, jadi gue ikutin sambil gue
foto. Maafin gue. Gue iri sama persahabatan kalian soalnya gue nggak punya
temen kayak gitu. Gue kesepian karena mungkin gue terlalu fokus sama impian
penulis gue,” Raita mengaku. Ia kini merasa bersalah.
“Tidak apa-apa. Kadang-kadang aku
juga sepertimu. Tetaplah fokus pada impianmu, tapi juga tetap ingatlah dengan
hal lain, seperti pergaulan. Kalau kamu ingin, kamu boleh menjadi teman kita,”
sahut Erwin.
“Beneran?” Mata Raita membelalak.
“Beneran. Lebih juga boleh kok,” tiba-tiba
Tommy ikut menyambung.
“Huh, itu kan maunya lo doang,”
sahut Raita jutek.
“Jadi gimana nih? Kita damai?”
tanya Tofan.
“Iya. Semuanya, maafin gue ya. Gue
nggak bakal ngelakuin hal itu lagi. Gue akan coba ngendaliin emosi gue. Untuk
majalah yang lalu, udah terlanjur sih. Mau gimana lagi?” Raita menyalami semua
yang ada di ruangan itu, sambil sekali lagi berkata “maaf”.
“Maaf ya, Kun,” kata Raita sambil
bersalaman.
“Iya, nggak pa-pa. Gosip kosong
lama-lama juga bakal hilang kok,” sahut Kunti.
“Maaf ya, Tom,” Raita menyalami
Tommy.
“Iya. Ngomong-ngomong, tangan kamu
halus deh.”
“Huh, gombal,” sahut Raita masih jutek.
“Tapi kayaknya sahabat kalian masih kurang satu deh.”
“Iya, nih. Surdi kok belum nyusul?”
Sementara itu, Surdi yang memakai
kacamata hitam sedang kehilangan arah. Dalam berjalan, ia beberapa kali
menabrak benda seperti tembok, pohon, bahkan guru yang lewat. Entah kacamatanya
yang terlalu gelap atau Surdi yang bego, tak ada yang tahu. Yang pasti kacamata
itu benar-benar tak cocok bagi Surdi.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar