Sabtu, 12 Oktober 2013

Pameran Cihuy Bagian 3

Tommy baru sadar ketika sepeda motor di belakangnya membunyikan klakson. Diiin…!
“Ayam! Ayam!” latah Tommy.
Setelah tersadar, ia pergi ke stand kelas Tofan. Ia ingin curhat dengan Tofan. Enaknya curhat dengan Tofan adalah tak perlu menjelaskan panjang lebar karena Tofan pasti tahu masalahmu sebelum kamu curhat. Sudah seperti paranormal saja. Bedanya, Tofan tahu dari teman-temannya, entah secara langsung atau melalui jejaring sosial.
“Fan, gue mau curhat, nih,” kata Tommy menghampiri Tofan.
“Ada apa? Soal fashion show?” tanya Tofan.
“Nggak cuma itu, Fan. Udah dimalu-maluin ikut fashion show, hati ini juga makin ciut ngelihat kedekatan Surdi dan Raita,” sahut Tommy.
“Oh gitu. Emangnya sedeket apa sih mereka?” tanya Tofan lagi.
“Tadi gue ngelihat mereka boncengan naik motor.”
Tofan manggut-manggut. “Tapi lo beneran suka sama Raita kan?”
“Ya gitu lah,” sahut Tommy lagi.
“Ya udah, tembak aja. Susah amat, sih,” nasihat Tofan. “Justru dengan ikut fashion show, lo punya kesempatan buat memukau Raita. Ini semua tinggal pemikiran kita positif atau negatif.”
“Kesempatan gimana?” tanya Tommy lemot.
“Gue jelasin, ya. Gue punya rencana, nih…” Tofan menjelaskan rencananya pada Tommy. Ia juga memotivasi Tommy agar selalu optimis.
***
Hari yang ditunggu-tunggu tiba, yaitu hari di mana fashion show diadakan. Tommy dan Kunti sudah berada di salah satu ruang kelas yang dijadikan ruang make-up. Dengan mengenakan kemeja putih dan jas hitam, Tommy tampak tampan walau hanya sedikit. Ia juga memakai sepatu pantofel berhak agar terlihat lebih tinggi. Ia membawa pula setangkai mawar merah. Rencananya, ia akan menggigit mawar itu di panggung agar keren seperti di film-film.
Sedangkan Kunti yang akan menjadi pasangan Tommy di fashion show justru gelisah. Ia sudah mempersiapkan topeng agar tidak malu saat fashion show, tapi dilarang oleh panitia. “Mana boleh fashion show pakai begituan?” begitu katanya. Masalahnya, yang dibawa Kunti adalah topeng barongsai.
Kunti keluar dari ruang make-up. Ia memakai gaun berwarna putih dengan rambut bergelung. Namun, muka Kunti masih cemberut karena malu dan kurang percaya diri.
Sementara itu, Tommy dan ketiga Ranger lain menghampiri Kunti. Melihat acara fashion show sudah akan dimulai, ketiga Ranger itu hendak meninggalkan Tommy.
“Good luck, ya, Tom!” kata ketiga Ranger itu.
Melihat muka Kunti yang cemberut, Surdi berceletuk. “Kun, keep smile… Kalau cemberut, beautiful-nya hilang, lho.”
Kunti memandang Surdi sambil tersenyum. Beautiful…? Batin Kunti senang.
Ekspresi Kunti langsung berubah drastis. Ia tersenyum riang. Ketika para model fashion show diminta ke panggung pun, Kunti masih senang. Ia lupa pada rasa malu dan tidak percaya dirinya.
Kunti dan Tommy bernomor urut 2. Semakin cepat semakin baik, begitu kata Kunti. Dan ketika nomor urut mereka dipanggil, Kunti dan Tommy mulai berjalan dari arah yang berlawanan. Mereka terlihat berbeda dari yang lain. Yah, kalian bisa membayangkan sendiri ketika kuntilanak dan tuyul dimake-up untuk ikut fashion show. Memang ada keanehan. Selain Tommy yang menggigit bunga mawar, ditambah pula kesenjangan tinggi mereka berdua. Juri-juri sampai keheranan.
Namun Tommy tetap pe-de dan Kunti tetap tersenyum. Ketika mereka berjalan bersama di tengah, tak sadar tangan mereka bergandengan. Meski mereka memiliki beragam ketidakcocokan, kemistri seakan terbentuk di antara mereka. Para penonton melihat mereka sambil tersenyum dan tertawa, entah itu pujian atau celaan.
Setelah Tommy turun dari panggung, Tommy langsung pergi menuju stand kelas Raita. Bunga mawar yang tadi ia gigit kini berada di saku celananya. Ia tadi tak melihat Raita di deretan penonton, padahal ia hendak memukau Raita dan mengungkapkan perasaannya.
Di stand kelasnya, tak terlihat batang hidung Raita. Tommy juga bertanya kepada beberapa temannya, tapi jawabannya nihil. Setelah beberapa lama, akhirnya ada juga yang tahu.
“Raita? Tadi gue ngelihat dia di lapangan basket,” ungkap salah seorang teman Raita.
Mendengar itu, Tommy pergi ke lapangan basket. Tangannya berkeringat karena sebentar lagi ia akan mengungkapkan perasaannya. Ia juga sempat berpikir dalam hati. Di lapangan basket mau ngapain? Masa malem-malem main basket? Batin Tommy penuh tanya.
Sementara itu, Kunti mencari Tommy di mana-mana. Sebentar lagi pengumuman pemenang dan ia takut kalau-kalau nama mereka dipanggil. “Masa iya gue ke atas panggung sendirian?” kata Kunti kesal.
Di lain tempat, tepatnya di lapangan basket, 2 orang remaja sedang memandangi bintang dengan sebuah pita penghargaan tergeletak di antara mereka. Di tengah-tengah lingkaran pita itu, terdapat angka 1 besar. Di situ juga tertulis “Lomba Parade Band HUT SMA Kusuma Ke-25”.
“Langitnya jadi indah, ya? Apa karena kemenangan kita tadi?” tanya seorang perempuan di antara mereka.
“No. Ini karena you,” sahut seorang laki-laki dengan pelan.
“Apa, Sur?” perempuan itu menoleh.
“Nothing, nothing, jangan dipikirin,” laki-laki itu jadi salah tingkah. “Raita, I sebenarnya mau bilang something sama you.”
“Bilang apa, Surdi?” tanya perempuan itu lagi.
“I… I…,” laki-laki itu berkata dengan terbata-bata. “I… love you. Will you be my girlfriend?”
Raita menoleh ke arah Surdi. Mukanya terlihat terkejut, tapi kemudian ia tertawa. “Haha… Nggak lucu, Surdi. Udah, ah.”
“I am serious,” sahutnya sungguh-sungguh.
“Mm… Gue juga suka sama lo… sebagai temen. Maaf, Sur, menurut gue, cita-cita lebih penting. Gue nggak bisa terima lo… untuk saat ini. Mungkin akan gue pertimbangin kalau kita berdua udah gede,” jawab Raita dewasa.
Mendengar itu, Surdi jadi kaku. Ia seakan tak sanggup berbicara apa-apa.
“Nggak pa-pa lagi, Sur. Kita tetep temenan, kok,” tambah Raita.
“Mm… Iya, it’s okay. Thanks untuk jawaban you. Yang penting, kita tetep friend,” sahut Surdi berusaha melapangkan dada.
Dari belakang, Tommy mendengar itu semua. Misinya gagal. Perasaannya tidak karu-karuan. Ia sejenak kaku tak bergerak. Bunga mawar yang ia genggam kini ia patahkan, kemudian ia pergi.
Sementara itu, dari sisi lain lapangan basket, terdengar suara isak tangis seorang perempuan bergaun putih. Dari kejauhan, ia mendengar pembawa acara memanggil-manggil nomor urut 2, tapi ia sama sekali tak menggubrisnya.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar