Tommy baru sadar ketika sepeda
motor di belakangnya membunyikan klakson. Diiin…!
“Ayam! Ayam!” latah Tommy.
Setelah tersadar, ia pergi ke
stand kelas Tofan. Ia ingin curhat dengan Tofan. Enaknya curhat dengan Tofan
adalah tak perlu menjelaskan panjang lebar karena Tofan pasti tahu masalahmu
sebelum kamu curhat. Sudah seperti paranormal saja. Bedanya, Tofan tahu dari
teman-temannya, entah secara langsung atau melalui jejaring sosial.
“Fan, gue mau curhat, nih,” kata
Tommy menghampiri Tofan.
“Ada apa? Soal fashion show?”
tanya Tofan.
“Nggak cuma itu, Fan. Udah
dimalu-maluin ikut fashion show, hati ini juga makin ciut ngelihat kedekatan
Surdi dan Raita,” sahut Tommy.
“Oh gitu. Emangnya sedeket apa sih
mereka?” tanya Tofan lagi.
“Tadi gue ngelihat mereka
boncengan naik motor.”
Tofan manggut-manggut. “Tapi lo
beneran suka sama Raita kan?”
“Ya gitu lah,” sahut Tommy lagi.
“Ya udah, tembak aja. Susah amat,
sih,” nasihat Tofan. “Justru dengan ikut fashion show, lo punya kesempatan buat
memukau Raita. Ini semua tinggal pemikiran kita positif atau negatif.”
“Kesempatan gimana?” tanya Tommy
lemot.
“Gue jelasin, ya. Gue punya
rencana, nih…” Tofan menjelaskan rencananya pada Tommy. Ia juga memotivasi Tommy
agar selalu optimis.
***
Hari yang ditunggu-tunggu tiba,
yaitu hari di mana fashion show diadakan. Tommy dan Kunti sudah berada di salah
satu ruang kelas yang dijadikan ruang make-up. Dengan mengenakan kemeja putih
dan jas hitam, Tommy tampak tampan walau hanya sedikit. Ia juga memakai sepatu
pantofel berhak agar terlihat lebih tinggi. Ia membawa pula setangkai mawar
merah. Rencananya, ia akan menggigit mawar itu di panggung agar keren seperti
di film-film.
Sedangkan Kunti yang akan menjadi
pasangan Tommy di fashion show justru gelisah. Ia sudah mempersiapkan topeng
agar tidak malu saat fashion show, tapi dilarang oleh panitia. “Mana boleh
fashion show pakai begituan?” begitu katanya. Masalahnya, yang dibawa Kunti
adalah topeng barongsai.
Kunti keluar dari ruang make-up.
Ia memakai gaun berwarna putih dengan rambut bergelung. Namun, muka Kunti masih
cemberut karena malu dan kurang percaya diri.
Sementara itu, Tommy dan ketiga
Ranger lain menghampiri Kunti. Melihat acara fashion show sudah akan dimulai, ketiga
Ranger itu hendak meninggalkan Tommy.
“Good luck, ya, Tom!” kata ketiga
Ranger itu.
Melihat muka Kunti yang cemberut,
Surdi berceletuk. “Kun, keep smile… Kalau cemberut, beautiful-nya hilang, lho.”
Kunti memandang Surdi sambil
tersenyum. Beautiful…? Batin Kunti
senang.
Ekspresi Kunti langsung berubah
drastis. Ia tersenyum riang. Ketika para model fashion show diminta ke panggung
pun, Kunti masih senang. Ia lupa pada rasa malu dan tidak percaya dirinya.
Kunti dan Tommy bernomor urut 2.
Semakin cepat semakin baik, begitu kata Kunti. Dan ketika nomor urut mereka
dipanggil, Kunti dan Tommy mulai berjalan dari arah yang berlawanan. Mereka
terlihat berbeda dari yang lain. Yah, kalian bisa membayangkan sendiri ketika
kuntilanak dan tuyul dimake-up untuk ikut fashion show. Memang ada keanehan.
Selain Tommy yang menggigit bunga mawar, ditambah pula kesenjangan tinggi
mereka berdua. Juri-juri sampai keheranan.
Namun Tommy tetap pe-de dan Kunti
tetap tersenyum. Ketika mereka berjalan bersama di tengah, tak sadar tangan
mereka bergandengan. Meski mereka memiliki beragam ketidakcocokan, kemistri
seakan terbentuk di antara mereka. Para penonton melihat mereka sambil
tersenyum dan tertawa, entah itu pujian atau celaan.
Setelah Tommy turun dari panggung,
Tommy langsung pergi menuju stand kelas Raita. Bunga mawar yang tadi ia gigit
kini berada di saku celananya. Ia tadi tak melihat Raita di deretan penonton,
padahal ia hendak memukau Raita dan mengungkapkan perasaannya.
Di stand kelasnya, tak terlihat
batang hidung Raita. Tommy juga bertanya kepada beberapa temannya, tapi
jawabannya nihil. Setelah beberapa lama, akhirnya ada juga yang tahu.
“Raita? Tadi gue ngelihat dia di
lapangan basket,” ungkap salah seorang teman Raita.
Mendengar itu, Tommy pergi ke
lapangan basket. Tangannya berkeringat karena sebentar lagi ia akan
mengungkapkan perasaannya. Ia juga sempat berpikir dalam hati. Di lapangan
basket mau ngapain? Masa malem-malem main basket? Batin Tommy penuh tanya.
Sementara itu, Kunti mencari Tommy
di mana-mana. Sebentar lagi pengumuman pemenang dan ia takut kalau-kalau nama
mereka dipanggil. “Masa iya gue ke atas panggung sendirian?” kata Kunti kesal.
Di lain tempat, tepatnya di
lapangan basket, 2 orang remaja sedang memandangi bintang dengan sebuah pita
penghargaan tergeletak di antara mereka. Di tengah-tengah lingkaran pita itu,
terdapat angka 1 besar. Di situ juga tertulis “Lomba Parade Band HUT SMA Kusuma
Ke-25”.
“Langitnya jadi indah, ya? Apa
karena kemenangan kita tadi?” tanya seorang perempuan di antara mereka.
“No. Ini karena you,” sahut
seorang laki-laki dengan pelan.
“Apa, Sur?” perempuan itu menoleh.
“Nothing, nothing, jangan
dipikirin,” laki-laki itu jadi salah tingkah. “Raita, I sebenarnya mau bilang
something sama you.”
“Bilang apa, Surdi?” tanya
perempuan itu lagi.
“I… I…,” laki-laki itu berkata
dengan terbata-bata. “I… love you. Will you be my girlfriend?”
Raita menoleh ke arah Surdi.
Mukanya terlihat terkejut, tapi kemudian ia tertawa. “Haha… Nggak lucu, Surdi.
Udah, ah.”
“I am serious,” sahutnya
sungguh-sungguh.
“Mm… Gue juga suka sama lo…
sebagai temen. Maaf, Sur, menurut gue, cita-cita lebih penting. Gue nggak bisa
terima lo… untuk saat ini. Mungkin akan gue pertimbangin kalau kita berdua udah
gede,” jawab Raita dewasa.
Mendengar itu, Surdi jadi kaku. Ia
seakan tak sanggup berbicara apa-apa.
“Nggak pa-pa lagi, Sur. Kita tetep
temenan, kok,” tambah Raita.
“Mm… Iya, it’s okay. Thanks untuk
jawaban you. Yang penting, kita tetep friend,” sahut Surdi berusaha melapangkan
dada.
Dari belakang, Tommy mendengar itu
semua. Misinya gagal. Perasaannya tidak karu-karuan. Ia sejenak kaku tak
bergerak. Bunga mawar yang ia genggam kini ia patahkan, kemudian ia pergi.
Sementara itu, dari sisi lain
lapangan basket, terdengar suara isak tangis seorang perempuan bergaun putih.
Dari kejauhan, ia mendengar pembawa acara memanggil-manggil nomor urut 2, tapi
ia sama sekali tak menggubrisnya.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar