M
|
INGGU esok, ada yang berbeda di SMA Kusuma. Mengapa? Karena
SMA Kusuma akan berulangtahun. Cihuy! Dan seperti pada tahun-tahun sebelumnya,
akan mengadakan pameran bertajuk Kusuma Expo. Tapi berbeda, pada tahun ini,
pamerannya akan lebih meriah karena ini adalah ulangtahun sekolah ke-25. Jika
itu ulangtahun perkawinan, sudah perkawinan perak namanya.
Bagi siswa-siswa seperti Tommy,
minggu esok terasa bagai angin sejuk. Tiada pelajaran yang membebani otak, juga
ulangan maupun remedial. Namun, pada minggu terakhir sebelum pameran, justru
ada sesuatu yang membebani hati Tommy.
Tommy sering melihat Surdi bersama
dengan Raita akhir-akhir ini. Entah bagaimana, Tommy merasa keberatan alias
jealous. Pertemuan dengan Raita sebelum ini telah menumbuhkan rasa berbeda di
hati Tommy. Yah, bagi Tommy, Raita itu cantik, wangi, pintar menulis, aktif,
idaman banget pokoknya.
Saat pulang, Tommy keluar kelas
bersama Erwin. Biasanya, ia ikut Erwin menunggu Surdi dan Tofan di kelas
sebelah. Tapi tak seperti biasanya, Surdi sudah di luar kelas… sedang mengobrol
dengan Raita!
Takut jika perasaannya ini bisa
dideteksi, ia lebih memilih berbohong dan kabur. “Win, perut gue sakit nih.
Kayaknya bakal lama di toilet. Gue duluan aja, ya,” katanya ekspresif sambil
memegang perut. Saking ekspresifnya, mukanya yang imut-imut jadi amit-amit.
“Iya, tidak apa-apa, Tom,” sahut
Erwin singkat.
Tommy berlari ke toilet supaya
terlihat meyakinkan. Tapi sesampainya di sana, ia justru kebelet beneran.
“Aduh, perut gue beneran sakit,
nih. Ini pasti gara-gara sambel korek Emak tadi malem,” kata Tommy yang kini
serius memegang perutnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung masuk ke dalam
toilet.
Erwin yang setiap hari membonceng
Surdi ke sekolah, kini sedang ikut nimbrung dengan Surdi dan Raita. Sedangkan
Tofan yang aktif itu sedang mengurusi pameran sekolah minggu depan. Berbeda
dengan Tommy, adanya pameran sekolah justru terasa bagai angin panas bagi
Tofan. Buktinya, ia berkeringat terus karena sibuk mengurusi pameran itu.
“Sur, ekstranya mau mulai, nih,”
kata Raita.
“Okay,” sahut Surdi. “Mm… Win,
nanti you pulangnya bareng Tommy, ya. Lho? Where is Tommy?”
“Katanya, dia ke toilet dulu.
Perutnya sakit,” jawab Erwin.
“Oh, ya sudah. I ikut
extracuricular dulu ya, Win,” sahut Surdi lagi. Ia dan Raita pun pergi ke aula
meninggalkan Erwin.
Erwin pun pergi ke toilet menunggu
Tommy keluar. Pulang tak bersama Surdi sudah biasa Erwin jalani. Hampir setiap
minggu, saat Surdi ikut ekstra seni musik. Tapi bukan masalah karena Erwin bisa
pulang bersama temannya yang lain.
Tak lama kemudian, Tommy keluar
dari toilet. Ia terkejut melihat Erwin menunggunya.
“Eh, Erwin. Ada apa?” tanya Tommy.
“Ayo, kita pulang bersama. Surdi
sedang ikut ekstra seni musik,” sahut Erwin.
“Oh gitu,” Tommy manggut-manggut. “Ayo.
Tapi tadi kenapa Surdi sama Raita? Emangnya Raita juga ikut seni musik?”
“Iya. Dia kan vokalis. Masa kamu
baru tahu?”
“Iya, gue baru tahu, hehe…” Tommy
nyengir.
Tommy dan Erwin berjalan menuju halte
depan sekolah. Kemudian mereka pun naik bus bersama. Beruntung, mereka mendapat
tempat duduk bersebelahan. Mengisi waktu, Tommy mencoba mengorek lebih dalam
soal Surdi dan Raita.
“Win, ngomong-ngomong, kenapa
belakangan ini Surdi deket sama Raita, ya?” tanya Tommy.
“Ternyata Tommy bisa cemburu juga,
ya. Kukira kamu mudah gonta-ganti perempuan,” sahut Erwin.
Muka Tommy bersemu merah. “Siapa
yang cemburu? Semua cewek kalo gue deketin juga mau,” Tommy ngeles sok-sokan.
“Tak usah malu, Tom. Kelihatan
kok,” goda Erwin.
“Masa kelihatan kalo gue suka sama
Raita?” Tommy keceplosan, baru sadar kalau barusan dia dites Erwin.
“Cie… Ternyata dugaanku benar.
Hehe…” sahut Erwin sambil cengengesan.
“Huh, ketahuan, deh. Jadi lo tahu
nggak soal hubungan Surdi sama Raita?”
“Aku kurang tahu, sepertinya hanya
teman biasa,” jawab Erwin.
“Hmm… Ya sudah lah.”
***
Pada hari Senin dan Selasa,
dilakukan persiapan pameran. Pameran dilakukan di lapangan sekolah. Pada
hari-hari tersebut, para siswa sibuk memasang stand dan dekorasi. Baru pada
hari Rabu, pameran itu dibuka dengan acara sepeda santai.
Dari depan sampai belakang
sekolah, berbaris para pesepeda seperti prajurit kavaleri yang hendak menyerbu
suatu daerah. Bedanya, prajurit itu berseragam olahraga dan menunggangi sepeda.
Meski yang naik sepeda itu hanya
perwakilan setiap kelas, tapi acara tersebut berlangsung meriah. Para pesepeda
itu bersepeda melalui rute yang sudah ditentukan, memberi pemandangan berbeda
bagi siapa saja yang melihat.
Di saat siswa-siswa itu melewati
sebuah SD, anak-anak SD sedang membeli jajan di luar. Sepertinya mereka sedang
istirahat. Mengetahui ada rombongan pesepeda di luar, mereka pun menontonnya.
Anak-anak SD yang perempuan saling berbisik-bisik, apalagi ketika Erwin dan
Tommy lewat.
“Mas-nya yang itu ganteng, ya?”
kata salah satu dari mereka sambil menunjuk-nunjuk.
Tommy yang mendengar itu langsung
menyahut dengan ge-er. “Makasih, Dek.”
Anak itu balas menyahut dengan
suara keras dan cempreng. “Lho, Mas-nya masih kecil kok boleh ikut?”
Telinga Tommy langsung panas
mendengar itu. Ia serasa ingin melempar sepatunya pada anak tersebut.
Untunglah, Tofan datang meredakan suasana.
“Hai, Gan!” sapa Tofan pada Erwin
dan Tommy.
“Lho, ada Tofan. Kamu ikut
bersepeda?” sahut Erwin.
“Iya, nih. Sekalian santai
sedikit,” kata Tofan.
“Oh, begitu. Apa Surdi juga ikut?”
tanya Erwin.
“Kayaknya di depan, sama si
Raita.”
“Hah? Sama Raita?” Tommy terkejut.
Tanpa sadar, ia tak mengayuh lagi sepedanya. Hatinya serasa dingin meski sinar
mentari sedang terik.
Lambat laun, sepeda Tommy berhenti
sendiri. Dari belakang, Agus si gemuk sedang ngebut dengan sepeda mahalnya.
Melihat Tommy menghadang lajunya, ia mencoba menghindar, tapi seorang
pengendara motor menyerempetnya hingga jatuh.
Pengendara motor itu cuek dan
tetap melaju. Setelah kejadian balapan dengan Erwin, kini Agus sekali lagi
menerima tabrak lari. Terlihat di tengah jalan, ia terbaring dengan luka di
sikut dan lutut kanannya. Sepedanya terbaret dan rodanya peyok.
Melihat itu, tanpa pikir panjang
Tommy langsung menghampiri. Ia mengguncang bahu Agus sambil berkata, “Gus!
Bangun, Gus! Kalo lo mati, gue nggak bisa utang lagi sama lo.”
Berlanjut ke Bagian 2...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar