Selasa, 10 September 2013

Raita si Penulis Bagian 3

Mendengar perkataan sang pembawa acara, kepala Erwin sontak menghadap TV, menghentikan makan siangnya.
Di TV, terlihat foto Kiran sedang berpelukan dengan seorang cowok. Dan masalahnya, cowok itu adalah Erwin saat bertemu Kiran di minimarket SPBU dulu. Juga terlihat Kiran yang ditanya-tanyai wartawan soal hubungannya dengan cowok itu. Kiran pun selalu mengeles, “Dia cuma temen. Aku masih pacaran sama Pandu.”
“Maaf, Kiran. Aku tidak bermaksud mengganggumu,” kata Erwin pelan.
Kakaknya yang mendengar suatu bisikan dari Erwin, menoleh. “Apa kamu bilang sesuatu, Win?”
“Eh, tidak, tidak. Makanannya enak, hehe…” kata Erwin sambil melahap makanannya yang belum habis. Ia mengunyah sambil tersenyum, mencoba meyakinkan kakaknya.
“Ya enak lah. Kan ada aku yang ngebantuin Ibu masak,” sahut Kak Ersa ge-er.
Erwin melahap makanannya sambil berpikir. Foto-foto di majalah sekolah dan foto pelukan tadi terjadi pada waktu yang sama, yaitu saat hendak pergi ke konser Kiran. Berarti dalang di balik semua ini adalah orang yang sama, batin Erwin.
***
Keesokan harinya pada jam istirahat, The Rangers dan Kunti berkumpul di kantin. Mereka hendak membicarakan soal masalah kemarin.
“Gimana? Dapet petunjuk?” tanya Tofan.
“Aku dapat, Fan. Kemarin aku melihat infotainment. Di sana ada fotoku saat dipeluk Kiran. Beruntung, fotonya tidak terlalu jelas. Menurutku, foto itu dan foto-foto di majalah sekolah berasal dari orang yang sama. Dan tujuannya seperti dugaan Tommy, sudah pasti untuk menjatuhkan kita,” Erwin berpendapat.
“Ternyata tontonan Erwin kayak gitu,” gumam Tommy.
“Hei, kakakku yang menonton. Aku hanya ikut-ikut,” Erwin ngeles.
“Kemarin, I juga baca newspaper dengan isi yang sama,” tambah Surdi.
Kata “newspaper” mengingatkan Tommy tentang suatu nama. “Newspaper? Koran Suara Bangsa?”
“Yes. Emangnya ada apa, Tom?” Surdi balik bertanya.
“Soalnya gue pernah ngecengin cewek di bus sampai rumah gue kebablasan. Cewek itu mau pergi ke PT Suara Bangsa. Untung, gue dipinjemin duit. Jadinya ya bisa pulang.” Tommy justru bercerita.
“Kok malah cerita soal ngecengin cewek?” Kunti jadi geram.
“Sebentar, sebentar. Ini bisa jadi petunjuk. Apa lo tahu nama cewek itu, Tom?” tanya Tofan.
“Namanya Raita. Kemarin, gue juga ketemu sama dia. Wah, emang kalau jodoh itu nggak ke mana-mana,” Tommy bergurau ringan.
“Raita? Dia kan cewek yang aktif di kegiatan sekolah. Dia juga jadi ketua pembuatan majalah sekolah,” sahut Tofan. “Kalau begitu bisa jadi dia ketemu kita waktu pergi ke konser Kiran, kemudian diikuti sambil difoto. Di hari selanjutnya, dia mencetak majalah sekolah berisi foto-foto itu, juga mempublikasikan foto pelukan Kiran lewat PT Suara Bangsa.”
“Wah, good job, Tom! Ternyata kerjaan ngecengin cewek di bus ada gunanya juga,” puji Surdi.
“Tapi, apa motif Raita?” tanya Erwin.
“Mungkin iri sama kekompakan kalian. Yah, maklum lah. Biasanya cewek lebih emosional daripada cowok,” jawab Kunti.
“Oke. Berarti kemungkinan besar pelakunya adalah Raita, tapi apa yang bisa bikin dia mengaku?” tanya Tofan.
“Oh, gue tahu. Foto dibalas foto,” sahut Kunti menunjukkan ponselnya. “Raita itu temen SMP gue. Dan gue punya foto-foto konyolnya waktu MOS. Hihihi…”
“Kenapa photo kayak gitu you simpan?” tanya Surdi heran.
“Soalnya gue labil, gampang galau. Biar terhibur, gue koleksi deh macem-macem foto konyol. Hihihi…”
Tofan yang terlihat seperti komandan The Rangers pun berpikir sejenak. Ia kemudian menjelaskan strateginya. “Oke. Kalau begitu, misinya seperti ini …”
***
Sepulang sekolah, Surdi berjalan menuju kelas Raita dengan memakai kacamata hitam. Ia berkata itu untuk penyamaran, juga agar Surdi merasa lebih keren. Padahal bukannya keren, ia justru terlihat aneh. Mungkin jika ditambah tongkat, ia persis dengan orang tunanetra.
Entah bagaimana, Surdi malah seperti tunanetra beneran. Ia bertabrakan dengan seorang cewek.
“Jalan kok nggak liat-liat sih?” cewek itu sedikit kesal.
“Ini tuh bukan salah I aja. Kalo you jalannya liat-liat, udah pasti nggak nabrak I,” bantah Surdi.
“Huh.”
Cewek itu dengan cuek hendak berjalan lagi, tapi langkahnya dihentikan Surdi. “Bentar, bentar. You yang namanya Raita, ya?” tanyanya.
Berlanjut ke Bagian 4...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar