Mendengar perkataan sang pembawa
acara, kepala Erwin sontak menghadap TV, menghentikan makan siangnya.
Di TV, terlihat foto Kiran sedang
berpelukan dengan seorang cowok. Dan masalahnya, cowok itu adalah Erwin saat
bertemu Kiran di minimarket SPBU dulu. Juga terlihat Kiran yang ditanya-tanyai
wartawan soal hubungannya dengan cowok itu. Kiran pun selalu mengeles, “Dia
cuma temen. Aku masih pacaran sama Pandu.”
“Maaf, Kiran. Aku tidak bermaksud
mengganggumu,” kata Erwin pelan.
Kakaknya yang mendengar suatu
bisikan dari Erwin, menoleh. “Apa kamu bilang sesuatu, Win?”
“Eh, tidak, tidak. Makanannya
enak, hehe…” kata Erwin sambil melahap makanannya yang belum habis. Ia
mengunyah sambil tersenyum, mencoba meyakinkan kakaknya.
“Ya enak lah. Kan ada aku yang
ngebantuin Ibu masak,” sahut Kak Ersa ge-er.
Erwin melahap makanannya sambil
berpikir. Foto-foto di majalah sekolah dan foto pelukan tadi terjadi pada waktu
yang sama, yaitu saat hendak pergi ke konser Kiran. Berarti dalang di balik
semua ini adalah orang yang sama, batin Erwin.
***
Keesokan harinya pada jam
istirahat, The Rangers dan Kunti berkumpul di kantin. Mereka hendak
membicarakan soal masalah kemarin.
“Gimana? Dapet petunjuk?” tanya
Tofan.
“Aku dapat, Fan. Kemarin aku
melihat infotainment. Di sana ada fotoku saat dipeluk Kiran. Beruntung, fotonya
tidak terlalu jelas. Menurutku, foto itu dan foto-foto di majalah sekolah
berasal dari orang yang sama. Dan tujuannya seperti dugaan Tommy, sudah pasti
untuk menjatuhkan kita,” Erwin berpendapat.
“Ternyata tontonan Erwin kayak
gitu,” gumam Tommy.
“Hei, kakakku yang menonton. Aku
hanya ikut-ikut,” Erwin ngeles.
“Kemarin, I juga baca newspaper
dengan isi yang sama,” tambah Surdi.
Kata “newspaper” mengingatkan
Tommy tentang suatu nama. “Newspaper? Koran Suara Bangsa?”
“Yes. Emangnya ada apa, Tom?”
Surdi balik bertanya.
“Soalnya gue pernah ngecengin
cewek di bus sampai rumah gue kebablasan. Cewek itu mau pergi ke PT Suara
Bangsa. Untung, gue dipinjemin duit. Jadinya ya bisa pulang.” Tommy justru
bercerita.
“Kok malah cerita soal ngecengin
cewek?” Kunti jadi geram.
“Sebentar, sebentar. Ini bisa jadi
petunjuk. Apa lo tahu nama cewek itu, Tom?” tanya Tofan.
“Namanya Raita. Kemarin, gue juga
ketemu sama dia. Wah, emang kalau jodoh itu nggak ke mana-mana,” Tommy bergurau
ringan.
“Raita? Dia kan cewek yang aktif
di kegiatan sekolah. Dia juga jadi ketua pembuatan majalah sekolah,” sahut
Tofan. “Kalau begitu bisa jadi dia ketemu kita waktu pergi ke konser Kiran,
kemudian diikuti sambil difoto. Di hari selanjutnya, dia mencetak majalah
sekolah berisi foto-foto itu, juga mempublikasikan foto pelukan Kiran lewat PT
Suara Bangsa.”
“Wah, good job, Tom! Ternyata
kerjaan ngecengin cewek di bus ada gunanya juga,” puji Surdi.
“Tapi, apa motif Raita?” tanya
Erwin.
“Mungkin iri sama kekompakan
kalian. Yah, maklum lah. Biasanya cewek lebih emosional daripada cowok,” jawab
Kunti.
“Oke. Berarti kemungkinan besar
pelakunya adalah Raita, tapi apa yang bisa bikin dia mengaku?” tanya Tofan.
“Oh, gue tahu. Foto dibalas foto,”
sahut Kunti menunjukkan ponselnya. “Raita itu temen SMP gue. Dan gue punya
foto-foto konyolnya waktu MOS. Hihihi…”
“Kenapa photo kayak gitu you
simpan?” tanya Surdi heran.
“Soalnya gue labil, gampang galau.
Biar terhibur, gue koleksi deh macem-macem foto konyol. Hihihi…”
Tofan yang terlihat seperti
komandan The Rangers pun berpikir sejenak. Ia kemudian menjelaskan strateginya.
“Oke. Kalau begitu, misinya seperti ini …”
***
Sepulang sekolah, Surdi berjalan
menuju kelas Raita dengan memakai kacamata hitam. Ia berkata itu untuk
penyamaran, juga agar Surdi merasa lebih keren. Padahal bukannya keren, ia
justru terlihat aneh. Mungkin jika ditambah tongkat, ia persis dengan orang
tunanetra.
Entah bagaimana, Surdi malah
seperti tunanetra beneran. Ia bertabrakan dengan seorang cewek.
“Jalan kok nggak liat-liat sih?” cewek
itu sedikit kesal.
“Ini tuh bukan salah I aja. Kalo
you jalannya liat-liat, udah pasti nggak nabrak I,” bantah Surdi.
“Huh.”
Cewek itu dengan cuek hendak
berjalan lagi, tapi langkahnya dihentikan Surdi. “Bentar, bentar. You yang
namanya Raita, ya?” tanyanya.
Berlanjut ke Bagian 4...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar