Tommy pun bersepeda menuju tempat
yang ia maksud. Selama perjalanan, mereka berdua sangat menikmatinya, terutama
Tommy. Tommy dan Ai lalu bersepeda menuju sebuah gang buntu. Sesampainya di
ujung gang buntu, Tommy menepuk bahu Ai dan menunjukkan pemandangan di
depannya.
“Lihat! Ini dia, Padang Harapan!”
kata Tommy semangat.
“Waaah…” Ai-chan takjub.
Di depan mata mereka berdua,
terbentang padang rumput yang luas. Hanya ada rerumputan dan bunga-bunga di
sana. Padang rumput itu bersebelahan dengan sawah-sawah dengan sebuah saung
untuk beristirahat.
Tommy lalu mengajak Ai untuk duduk
di atas rerumputan sambil melihat langit. Tommy bahkan terlentang di atas
rumput dengan santai, sambil memejamkan mata.
“Tommy-kun…” panggil Ai. “Tadi
kamu bilang ini Padang Harapan. Kenapa dinamai begitu?”
“Waktu SMP, The Rangers pernah ke sini
malem-malem. Kita berempat saling curhat soal impian dan harapan kita. Kemudian
ada bintang jatuh dan kita saling membatin permohonan kita. Karena itu, kita
menamai tempat ini Padang Harapan,” jelas Tommy.
“Oh, begitu…” sahut Ai. Ia lalu
melihat langit yang mulai ditutupi awan gelap. “Tommy-kun, kayaknya mau hujan
deh.”
Rintik hujan kemudian menetes di
dahi Tommy. Ia pun membuka matanya lalu bangkit berdiri. “Eh iya, bener. Ayo
kita berteduh di saung itu,” ajak Tommy.
Tommy dan Ai pun berlari menuju saung
itu sambil menutupi kepalanya. Mereka berteduh berdua di saung itu. Hanya
ditemani suara hujan dan katak, Tommy pun mencoba menambah suara.
“Ai-chan, entah kenapa kalau hujan
itu rasanya romantis, ya?” kata Tommy.
“Iya. Rasanya tenteram banget
kalau lihat hujan,” sahut Ai.
“Tahu satu lagi yang romantis?”
Tommy bertanya aneh.
“Apa?”
“Ini,” Tommy mengeluarkan kertas
lecek dari saku celananya. Ai menerimanya sambil bertanya-tanya dalam hati.
“Silakan dibaca dulu.”
Kertas lecek itu berisi puisi
Tommy untuk Ai. Di tepi-tepi kertas yang kosong, diberi pula banyak lambang
hati dari pulpen merah. Meski tulisannya tak terlalu bagus, namun arti di
dalamnyalah yang membuatnya begitu indah gombal.
=============================
S | inar mata lo bagai sinar mentari pagi
A | nget dan nyaman kalo
diliatin
K | ulit lo yang cerah bagai
gula pasir
I | mutnya pipi lo bagai
bakpao rasa cokelat
M | anis… semoga gue nggak
diabetes
I | tu semua bikin hati gue
melting
A | i-chan, gue sayang sama
lo
I | nginkah lo jadi pacar
gue?
============================
|
Ai menerima puisi itu dan membacanya. Judul puisi itu tak terletak di atas, tapi vertikal ke bawah sebagai huruf awal dari isinya. Walaupun penuh gombal dan agak tidak nyambung, tapi itu seni yang indah.
Setelah membacanya, Ai pun
berkata. “Tommy-kun kebanyakan ngegombal. Saya suka yang gak perlu basa-basi…”
Mendengar itu, Tommy pesimis. Ia
merasa Ai tak akan menerimanya. Tommy pun menyela perkataan Ai. “Jadi Ai-chan
nolak gue?”
“Saya belum selesai ngomong, Tommy-kun,”
sahut Ai. “Saya suka yang gak perlu basa-basi, tapi saya lebih suka kamu.” Ai tersenyum.
“Berarti Ai-chan mau jadi pacarnya
A’ak Tommy?” tanya Tommy lagi dengan bersemangat.
“Iya, Tommy-kun,” sahut Ai masih
tersenyum.
“Cihuy!” Tommy kegirangan.
Beberapa waktu kemudian, langit
berhenti menurunkan hujan dan awan hitam menghilang. Sepasang pacar ini pun
kembali pulang ke rumah masing-masing dengan senang.
Keesokan harinya, Tommy dengan
bangga memamerkan kepada semua siswa bahwa dia punya pacar seorang Ai-chan.
Teman-temannya, termasuk The Rangers bahkan sampai heran bagaimana cara dia
melakukannya. Saat ditanya, “Gimana caranya? Rencana lo gimana?”, Tommy selalu
menjawab, “Gue nggak tahu, semua itu berjalan dengan sendirinya.”
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar