“Iya, bener. Ini dompet Tofan,”
kata Tommy melihat foto Tofan di dalamnya.
“Ya udah, simpan dulu. Ayo kita
buntuti Maya lagi,” sahut Ai.
Tommy dan Ai membuntuti Maya lagi.
Sepertinya, Maya hendak turun dari lantai atas. Namun, karena lift yang penuh
orang, ia turun dengan elevator. Surdi telah menghubungi Tommy dan memintanya
turun lantai.
“Tommy-kun, ngomong-ngomong,
kenapa Maya ngambil dompet Tofan? Dari tampilannya, bukannya dia orang kaya?”
tanya Ai dalam perjalanan.
“Gue nggak tahu. Mungkin aja dia
kleptomania, atau bisa jadi ada tujuan lain,” jawab Tommy.
Setelah The Rangers ditambah Ai
kembali berkumpul, mereka terus membuntuti Maya sampai ke tempat parkir di
lantai dasar. Tofan masih tidak paham apa yang terjadi. Bagaimana mungkin Maya
seperti itu? Begitu batin Tofan.
Di tempat parkir di lantai dasar,
Maya sudah ditunggu oleh seorang pria. Pria itu berusia sekitar 20-an, mungkin
seorang mahasiswa. Pria itu memakai topi, kaos oblong dengan jaket, dan celana
jins hitam. Dia menunggu Maya sambil merokok.
Maya menghampirinya. “Kak, gue
beli yang kayak biasa,” katanya.
“Lo bawa berapa duit?” tanya pria
itu.
“Malem ini cuma dikit,” jawab Maya
sambil memberikan uang miliknya dan Tofan.
Pria itu terbahak. “Korban lo
malem ini kurang tajir lagi?”
“Udah, diem. Mana barangnya?”
sahut Maya ketus.
Pria itu memberikan plastik kecil
berisi serbuk berwarna putih. “Lo pulang naik apa kalo duit lo habis?” tanya
pria itu lagi.
“Ah, urusan gampang itu. Kayaknya
cowok itu nggak bakal sadar kalo dompetnya gue ambil,” sahut Maya.
Pria itu kembali tertawa. “Ya
udah, gue mau balik.”
Dari tempat parkir, Maya kembali
ke dalam mall, tapi langkahnya terhalang oleh Tofan dan teman-temannya.
“Kalian mau apa?” tanya Maya.
“Minggir, gue mau lewat.”
“May…” panggil Tofan.
“Eh, Fan. Ada apa?” tanya Maya
pura-pura tak tahu.
“Kamu ngambil dompetku?” tanya
Tofan.
“Dompet apa?” sahut Maya kembali
akting.
“You nggak usah pura-pura don’t
know. Dari tadi, we mbuntutin you,” sambung Surdi.
“Kalau misal aku yang ambil, apa
kalian punya bukti?” tanyanya.
Ai menunjukkan dompet yang tadi ia
pungut. “Ini dompet Tofan yang tadi saya temuin di tempat sampah. Tadi saya dan
Tommy lihat kamu ngambil uangnya, lalu membuang dompetnya,” jawab Ai.
“Dan barusan, kita lihat lo beli
sesuatu dengan uang itu,” lanjut Tommy. Ia lalu merebut tas kecil Maya dengan
cepat. Benar-benar bakat tuyul, hehe…
Tommy membuka tas Maya, lalu
mengeluarkan plastik kecil yang tadi dibeli Maya. Tommy memberikan plastik itu
ke Erwin. “Win, lo tahu apa ini?”
Erwin melihat-lihat serbuk dalam
plastik kecil itu, menyentuh serbuk itu dengan jarinya, dan mencium aromanya.
“Aku tak tahu ini jenis apa, tapi yang pasti, ini narkoba,” katanya.
“Semua sudah terbongkar, May.
Jelaskan,” sambung Tofan.
“Ngapain lo urusin urusan gue? Ini
cara gue, dunia gue. Lo semua nggak bakal paham,” sahut Maya.
“Kamu cuma harus njelasin,” kata
Tofan lagi.
Maya menyerah, ia lalu mengaku.
“Gue kurang kasih sayang dari orangtua. Gue nggak tahu yang gue lakuin sampai
akhirnya gue terjebak dalam dunia narkoba ini. Gue nggak tahu caranya lepas
dari dunia itu. Kebutuhan narkoba gue selalu bikin kantong gue cekak. Untuk
itu, gue selalu ngedeketin cowok dan kadang-kadang ngambil uangnya buat beli
narkoba. Gue… gue cuma ngelakuin hal bodoh itu begitu aja, tanpa tahu gimana
caranya berhenti.” Maya menangis. “Tolong jangan bilangin hal ini ke
siapa-siapa.”
“Maafkan kita. Tapi sepertinya
kita harus laporkan ini ke polisi. Ini bukan salahmu. Aku janji kamu akan
sembuh dari kecanduan narkoba dan ini semua tak akan mempengaruhi kehidupanmu,”
sahut Erwin.
“Ba… bagaimana caranya?” tanya
Maya masih menangis.
Pada hari berikutnya, The Rangers
dan Ai membawa Maya ke pihak berwajib. Maya dimintai keterangan-keterangan,
tapi ia telah menyesal dan meminta saran agar tak lagi kecanduan.
Sedangkan Tofan yang tadinya
adalah korban Maya, sekarang justru kembali dekat dengan Maya. Maya telah
meminta maaf dan mengembalikan uang Tofan yang ia ambil. Meski awalnya ditipu,
Tofan dan teman-temannya membantu Maya kembali ke jalan yang benar. Sekarang
baru ketahuan apa hikmahnya.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar