Rabu, 30 Juli 2014

Bab 5: Life is a Movie (Tengah)

Saat ia hendak menuliskan sesuatu di buku, Tommy tiba-tiba menghalanginya. “Tunggu, Fan,” katanya. “Demi kekompakan kita, tim kita perlu nama, hehe…”
“Aneh-aneh aja lo, Tom, ngasih nama segala,” sahut Tofan.
“Tapi boleh juga, Tom. Bagaimana kalau tim ‘The Rainbow Bikers’?” usul Erwin. “Kita kan kalau sepedaan suka pakai jaket warna-warni seperti pelangi.”
“Terlalu biasa, Win,” komentar Tommy. “Kita cari nama yang unik bin aneh bin ajaib.”
“Ah, I know… We are The Rangers!” seru Surdi semangat sambil mengacungkan jempolnya. “Selain our jacket warna-warni kayak rainbow, we juga membela keadilan kayak tontonan waktu we masih anak-anak, Power Rangers! You semua setuju?”
“Gue sih setuju-setuju aja,” sahut Tofan.
“Aku juga,” sambung Erwin.
“Sebenarnya agak kayak anak kecil, sih. Tapi berhubung gue suka anak kecil, gue suka nama itu,” tambah Tommy.
“Oke. Sekarang dengerin rencana gue.”
Di tempat parkir restoran, Tofan menulis sesuatu di bukunya dikerumuni ketiga temannya. Mereka sedang menyusun rencana untuk menyelamatkan Mega.
Beberapa saat kemudian, Tofan menutup bukunya. Ia lalu berkata, “Begitulah rencana kita, Rangers. Dan misi kita kali ini dimulai… sekarang!”
Surdi dan Tommy masuk ke restoran tersebut, sedangkan Tofan dan Erwin pergi ke bagian belakang restoran. Di situ, Tofan dan Erwin melihat ada mobil sedan berwarna hitam.
“Fan, mobil itu sepertinya mencurigakan,” kata Erwin sambil menunjuk mobil sedan itu dari jauh.
“Mencurigakan gimana?” tanya Tofan.
“Tidak tahu, tapi perasaanku tak enak begitu melihat mobil itu,” sahut Erwin.
“Kalo gitu, ayo kita lihat lebih dekat,” ajak Tofan.
Mereka berdua mendekati mobil itu lalu memeriksanya. Erwin juga mencoba mengintip kaca mobilnya. Dan terkejutlah ia begitu melihat benda di dalamnya.
“Fan, di dalam mobil ini ada tasnya Mega!” seru Erwin.
“Hah? Serius?” sahut Tofan yang sedang melihat-lihat bagian depan mobil.
“Serius,” jawab Erwin.
“Pintunya bisa dibuka apa nggak, ya?” Tofan menghampiri lalu mencoba membuka pintu mobil.
Klek! Terbuka!
“Wah, nggak dikunci rupanya. Kunci mobil bahkan masih nempel. Dasar sembrono,” gumam Tofan.
Erwin mengambil tas Mega. “Tapi, itu justru menguntungkan kita kan?” katanya.
“Hehe… lebih baik, kunci ini kubawa, kalau-kalau ada apa-apa.” Tofan iseng melepas kunci mobil itu dan mengantonginya.
Erwin menggendong tas Mega di punggung, menindih tas Erwin yang sudah lebih dulu di sana. “Sekarang ayo kita segera ke belakang restoran,” kata Erwin lagi.
Tofan dan Erwin pergi ke bagian belakang restoran itu. Dari belakang maupun dari depan, gedung restoran itu masih tampak sama, terkesan kuno dan angker. Mereka berdua lalu mengintip lewat jendela belakang. Begitu tahu kalau sepi, mereka pun masuk.
Di dalam, mereka mengendap-endap seperti pencuri. Mereka tidak tahu hendak ke arah mana. Di samping kiri, kanan, maupun depan mereka, terdapat beberapa pintu.
Tiba-tiba dari pintu di depan mereka, muncul seorang pelayan berkostum manusia serigala. Tofan dan Erwin kontan gelagapan karena takut ketahuan. Mereka spontan berjongkok di pojok ruangan, berharap pelayan itu tak melihat mereka.
Namun pelayan itu seperti tak menyadari hal aneh dan masuk ke sebuah ruangan. Tofan dan Erwin pun kembali berdiri.
“Untunglah mereka nggak ngeliat kita,” kata Tofan.
“Iya. Tapi sekarang kita hendak ke mana?” tanya Erwin.
“Ayo kita coba ngintip yang dilakuin manusia serigala itu. Mungkin kita akan dapet petunjuk,” ajak Tofan.
Mereka hendak mengintip ke ruangan yang baru saja dimasuki pelayan tadi. Tapi sesampainya di depan ruangan, tak tampak jendela di sana dan pintunya tertutup.
Cklek! Pintu tiba-tiba terbuka dan muncullah manusia serigala tadi sedang membawa nampan berisi makanan. Tofan dan Erwin kembali gelagapan, tapi kini mereka tak bisa lari. Mereka berdua secara spontan malah mengangkat kedua tangan, seperti penjahat yang ketahuan polisi.
“Mmm… kami cuma… salah masuk. Iya, salah masuk. Toilet di mana, ya?” kata Tofan gugup pada pelayan itu.
Tapi pelayan itu cuek dan terus berjalan untuk mengantar pesanan. Tofan dan Erwin pun bertanya-tanya dalam hati.
“Kok mereka cuek gitu aja?” gumam Tofan kebingungan.
Erwin mengangkat bahu.
“Ini aneh,” pikir Tofan. “Paling enggak mereka harusnya heran melihat kita.”
“Apa mungkin mereka tidak melihat kita?” sahut Erwin.
“Maksudnya?”
“Mereka… dihipnotis,” kata Erwin lagi. “Tapi kalau benar begitu, berarti…”
“Mega juga!” seru mereka berdua kompak.
“Semuanya makin jelas. Si pemilik resto ini mungkin mendapat pelayannya dengan cara menculik, lalu menghipnotis,” kata Tofan. “Win, lo tahu cara ngilangin efek hipnotis?”
“Entahlah. Tapi bagaiamna kalau menepuk bahu mereka dari belakang?” usul Erwin.
“Ayo kita coba!”
Mereka berdua menunggu pelayan datang. Begitu keluar seorang pelayan berkostum mumi, Tofan menghadangnya sambil bertanya. “Mas, toilet di sebelah mana, ya?”
Tapi pelayan itu cuek dan terus berjalan.
“Kayaknya bener dihipnotis, Win,” kata Tofan pada Erwin di sebelahnya.
“Kalau begitu…” Buk! Erwin menepuk bahu pelayan itu dari belakang.
“Adaw! Sialan, sakit tauk!” Pelayan itu menjerit sambil mengelus-elus bahunya. “Eh, di mana aku?”
“Di restoran Sambal Setan. Anda pelayan berkostum mumi di sini. Anda habis dihipnotis,” sahut Erwin.
“Pelayan?” Si mumi itu melihat sekujur tubuhnya yang dibalut perban. “Oh, astaga! Aku baru ingat. Pemilik restoran ini sungguh sinting. Ia menculikku lalu berkata bahwa wajahku lebih cocok ditutup perban. Sialan!” Si mumi itu mengumpat-umpat kesal. “Terima kasih, ya. Berkat kalian aku bebas dari hipnotis itu. Sekarang ayo kita bebaskan semua orang dari pengaruh hipnotis!”
Mereka bertiga pun menjelajah ruangan-ruangan di sana dan membebaskan para pelayan yang dihipnotis.
***
Sementara itu, Surdi dan Tommy sedang berada di dalam restoran. Kata Tofan, mereka harus mencari Mega. Tapi walau dicari di sudut mana pun, Mega tetap tak ketemu. Yang belum mereka periksa adalah ruangan di balik pintu bertuliskan “Dilarang masuk kecuali pegawai”.
Karena tak ketemu, mereka lalu duduk di salah satu tempat duduk.
“Gimana nih, Sur? Mega nggak ada di sini,” kata Tommy.
Berlanjut ke Bab 5 (Akhir)...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar