Sabtu, 19 Oktober 2013

Cita-cita Erwin Bagian 2

“Bos, ada anak kecil yang menguping kita dari tadi,” kata pria atletis yang dipanggil Boy.
“Tangkap dia!” perintah pria gemuk itu berang.
Melihat itu, Erwin pun kabur berlari, takut si Boy berhasil menangkapnya.
Meski kurang berolahraga, Erwin ternyata cukup lincah dan cerdik mencari jalan untuk kabur maupun bersembunyi. Mungkin karena ia sering ke mal ini sehingga hafal jalan-jalannya. Ketika melewati tempat penjual pakaian, ia sempat bersembunyi di kamar pas, juga di antara deretan gantungan baju. Namun, ia berhasil ketahuan ketika Mbak penjualnya menghampiri dan bertanya, “Mau beli apa, Mas?”
Si Boy yang mendengar itu langsung mengejar Erwin dan mereka berkejar-kejaran lagi seperti di film Tom and Jerry. Namun di saat-saat seperti ini, Erwin justru kebelet buang air kecil. Ia pun berlari menuju kamar mandi, itu pun masih dikejar si Boy.
Erwin membuang air kecil di tempat kencing khusus laki-laki yang hanya dipisahkan sekat. Ketika melihat Boy menghampiri, Erwin mengacungkan telapak tangannya, sebagai tanda berhenti. “Tunggu sebentar. Saya sedang buang air kecil. Tidak adil kalau Anda menangkap saya. Lebih baik, Anda buang air kecil saja sekalian, supaya adil,” kata Erwin sambil meringis.
“Ya sudah, deh. Aku juga lagi kebelet sebenarnya,” kata si Boy.
Setelah selesai, Erwin cepat-cepat kabur dari kejaran Boy. Tahu dirinya ditipu, Boy juga bergegas mengejar Erwin. Erwin berlari terengah-engah, menghindar dari kejaran Boy. Ia sempat pura-pura bermain ketika melewati zona permainan, juga sempat berpura-pura menjadi pelayan ketika melewati tempat-tempat makan. Namun, Boy masih dapat melacak keberadaan Erwin.
Untunglah, Erwin dengan cekatan menuju ke tempat lift dan memasukinya. Boy mengejarnya, tapi pintu lift sudah tertutup. Boy pun menyusul Erwin dengan naik elevator.
Erwin naik ke lantai 5, tempat Indoresto berada. Lewat perbincangan Boy dengan bosnya, ia sudah tahu kalau di Indoresto ditanam sebuah bom. Setelah keluar dari lift, ia pun segera pergi ke sana untuk menjinakkan bomnya. Erwin memang suka membaca buku, komik, atau film tentang detektif, sehingga ia tahu bagaimana cara menjinakkan bom.
Di tengah jalannya, ia bertemu dengan seorang satpam. Ia pun berkata dengan panik kepada satpam itu.
“Pak…, ada… ada bom di mal ini…, di Indoresto. Saya… akan menjinakkannya. Bapak tolong cegah pelakunya. Dia… dia sedang berjalan menuju ke sini lewat elevator,” kata Erwin dengan nafas terengah-engah.
Di tempat lain, tepatnya di depan Indoresto, Tommy sedang menunggu kedatangan Erwin. “Erwin mana sih? Kok nggak datang-datang?” gumam Tommy. Baru ketika ia melihat Erwin dari jauh, ia menuju ke dalam Indoresto dan berseru ke teman-temannya. “Temen-temen, Erwin udah dateng! Siap, ya!”
Ketika Erwin sampai ke Indoresto, Ranger yang lain, ditambah Kunti dan Raita menyambutnya dengan lagu “Happy Birthday”. Mereka membawa pula sebuah kue tart besar dengan angka 15 di atasnya.
“Happy birthday, Erwin… Happy birthday, Erwin… Happy birthday, happy birthday, happy birthday, Erwin…” nyanyi mereka semua.
 Namun, bukannya berekspresi senang, Erwin justru berekspresi panik. Ia takut bom itu segera meledak. Ia mencari bom itu di seluruh ruangan hingga pelayan restoran dan teman-temannya keheranan. Ia juga kembali membungkuk-bungkuk untuk mencarinya, memeriksa di bawah meja. Kunti dan Raita yang memakai rok sampai ke-ge-er-an.
“Win, jangan ngintip dong!” seru mereka kompak.
“Ada apa, Gan?” tanya Tofan heran.
“Tak ada waktu menjelaskan,” jawab Erwin.
“You nyariin dompet, Win? Tadi Tommy usil ngambil dompet you. Biar greget katanya,” sahut Surdi. Tapi perkataan Surdi tak mendapat jawaban.
“Dompetnya you ambil segala sih, Tom,” tambah Surdi menyenggol bahu Tommy.
“Hehe… Maaf, deh, Win,” kata Tommy menyerahkan dompet Erwin.

Namun Erwin kembali membungkuk-bungkuk mencari bom. Hingga akhirnya bom itu ditemukan di balik sebuah meja kosong, ditempelkan menggunakan lakban hitam.
Berlanjut ke Bagian 3...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar