“Bos, ada anak kecil yang
menguping kita dari tadi,” kata pria atletis yang dipanggil Boy.
“Tangkap dia!” perintah pria gemuk
itu berang.
Melihat itu, Erwin pun kabur
berlari, takut si Boy berhasil menangkapnya.
Meski kurang berolahraga, Erwin
ternyata cukup lincah dan cerdik mencari jalan untuk kabur maupun bersembunyi.
Mungkin karena ia sering ke mal ini sehingga hafal jalan-jalannya. Ketika
melewati tempat penjual pakaian, ia sempat bersembunyi di kamar pas, juga di
antara deretan gantungan baju. Namun, ia berhasil ketahuan ketika Mbak
penjualnya menghampiri dan bertanya, “Mau beli apa, Mas?”
Si Boy yang mendengar itu langsung
mengejar Erwin dan mereka berkejar-kejaran lagi seperti di film Tom and Jerry. Namun
di saat-saat seperti ini, Erwin justru kebelet buang air kecil. Ia pun berlari
menuju kamar mandi, itu pun masih dikejar si Boy.
Erwin membuang air kecil di tempat
kencing khusus laki-laki yang hanya dipisahkan sekat. Ketika melihat Boy
menghampiri, Erwin mengacungkan telapak tangannya, sebagai tanda berhenti.
“Tunggu sebentar. Saya sedang buang air kecil. Tidak adil kalau Anda menangkap
saya. Lebih baik, Anda buang air kecil saja sekalian, supaya adil,” kata Erwin
sambil meringis.
“Ya sudah, deh. Aku juga lagi
kebelet sebenarnya,” kata si Boy.
Setelah selesai, Erwin cepat-cepat
kabur dari kejaran Boy. Tahu dirinya ditipu, Boy juga bergegas mengejar Erwin.
Erwin berlari terengah-engah, menghindar dari kejaran Boy. Ia sempat pura-pura
bermain ketika melewati zona permainan, juga sempat berpura-pura menjadi
pelayan ketika melewati tempat-tempat makan. Namun, Boy masih dapat melacak
keberadaan Erwin.
Untunglah, Erwin dengan cekatan
menuju ke tempat lift dan memasukinya. Boy mengejarnya, tapi pintu lift sudah
tertutup. Boy pun menyusul Erwin dengan naik elevator.
Erwin naik ke lantai 5, tempat
Indoresto berada. Lewat perbincangan Boy dengan bosnya, ia sudah tahu kalau di
Indoresto ditanam sebuah bom. Setelah keluar dari lift, ia pun segera pergi ke
sana untuk menjinakkan bomnya. Erwin memang suka membaca buku, komik, atau film
tentang detektif, sehingga ia tahu bagaimana cara menjinakkan bom.
Di tengah jalannya, ia bertemu
dengan seorang satpam. Ia pun berkata dengan panik kepada satpam itu.
“Pak…, ada… ada bom di mal ini…,
di Indoresto. Saya… akan menjinakkannya. Bapak tolong cegah pelakunya. Dia… dia
sedang berjalan menuju ke sini lewat elevator,” kata Erwin dengan nafas
terengah-engah.
Di tempat lain, tepatnya di depan
Indoresto, Tommy sedang menunggu kedatangan Erwin. “Erwin mana sih? Kok nggak
datang-datang?” gumam Tommy. Baru ketika ia melihat Erwin dari jauh, ia menuju
ke dalam Indoresto dan berseru ke teman-temannya. “Temen-temen, Erwin udah
dateng! Siap, ya!”
Ketika Erwin sampai ke Indoresto,
Ranger yang lain, ditambah Kunti dan Raita menyambutnya dengan lagu “Happy
Birthday”. Mereka membawa pula sebuah kue tart besar dengan angka 15 di
atasnya.
“Happy birthday, Erwin… Happy
birthday, Erwin… Happy birthday, happy birthday, happy birthday, Erwin…” nyanyi
mereka semua.
Namun, bukannya berekspresi senang, Erwin
justru berekspresi panik. Ia takut bom itu segera meledak. Ia mencari bom itu
di seluruh ruangan hingga pelayan restoran dan teman-temannya keheranan. Ia
juga kembali membungkuk-bungkuk untuk mencarinya, memeriksa di bawah meja.
Kunti dan Raita yang memakai rok sampai ke-ge-er-an.
“Win, jangan ngintip dong!” seru
mereka kompak.
“Ada apa, Gan?” tanya Tofan heran.
“Tak ada waktu menjelaskan,” jawab
Erwin.
“You nyariin dompet, Win? Tadi
Tommy usil ngambil dompet you. Biar greget katanya,” sahut Surdi. Tapi
perkataan Surdi tak mendapat jawaban.
“Dompetnya you ambil segala sih,
Tom,” tambah Surdi menyenggol bahu Tommy.
“Hehe… Maaf, deh, Win,” kata Tommy
menyerahkan dompet Erwin.
Namun Erwin kembali
membungkuk-bungkuk mencari bom. Hingga akhirnya bom itu ditemukan di balik
sebuah meja kosong, ditempelkan menggunakan lakban hitam.
Berlanjut ke Bagian 3...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar