Jumat, 01 November 2013

How to Have A Girlfriend Bagian 1

S
ETELAH kejadian “Pameran Cihuy”, Tommy jadi paham kalau mencari pacar tak semudah yang ia duga. Dulu, ia menduga mencari pacar itu tinggal menyatakan rasa suka, diterima, lalu pacaran. Maklum, dia kan suka menggoda gadis-gadis SMA di bus. Namun kenyataannya, pacaran itu tak semudah membalik telapak tangan.
Tommy sudah tahu ia akan ditolak mentah-mentah jika nembak Raita. Masalahnya, Raita punya prinsip soal pacaran. Gadis berstandar tinggi seperti itu mana bisa Tommy gapai? Meski begitu, Tommy masih belum menemukan pengganti Raita. Siswi-siswi SMA yang ia goda di bus pun hanya datang dan pergi di hatinya. Easy come, easy go.
Erwin menjentikkan jarinya di depan Tommy. “Tom, jangan melamun saja. Pak Ferry sudah datang,” kata Erwin.
Tommy tersadar dari lamunannya. Kemudian, seorang guru berusia kepala empat masuk ke kelas. Ia membawa tas selempang hitam. Rambutnya hitam rapi, berkacamata, dan wajahnya bulat. Namanya Pak Ferry. Meski murah senyum, guru bahasa Inggris ini agak menjengkelkan karena sering terlambat masuk kelas.
Namun tak seperti biasanya, Pak Ferry datang tepat waktu hari ini. Ia tersenyum manis. “Good morning, children! Kali ini saya sengaja datang tepat waktu untuk menyambut murid baru di kelas ini,” kata Pak Ferry.
“Murid baru?” gumam Tommy. Ia pun menyahut girang perkataan Pak Ferry. “Cewek apa cowok, Pak?”
“Perempuan, Tom,” jawab Pak Ferry.
“Cihuy! Cantik, Pak?” tanya Tommy lagi dengan muka senang.
“Iya, Tommy. Itu anaknya sudah datang. Ayo, come in,” panggil Pak Ferry ramah.
Seorang perempuan masuk ke kelas dengan menggendong tas. Kulitnya kuning cerah, lebih cerah dari Raita. Gaya berjalannya anggun. Rambutnya hitam sepunggung, dikuncir dua di belakang. Kepalanya sedikit menunduk sehingga wajahnya tak terlihat. Namun, dilihat dari kulitnya, sepertinya ia memiliki keturunan Oriental.
“Silakan memperkenalkan diri dulu, Nak,” kata Pak Ferry lagi.
“Perkenalkan,” anak baru itu menundukkan badannya sebagai tanda salam. Sewaktu menunjukkan mukanya, terlihatlah senyum manisnya, pipinya yang tembem, dan matanya yang cantik. “Nama saya Sakimi Ai. Biasa dipanggil Ai. Saya berasal dari Jakarta. Orangtua saya pindah ke kota ini karena urusan pekerjaan.”
Melihat dia, Tommy langsung nge-fans. Masalahnya, cara bicaranya mengingatkan Tommy pada anggota JKT48 yang dari Jepang. Tommy pun dengan semangat ’45 mengangkat tangannya untuk bertanya.
“Gue… gue mau tanya,” kata Tommy. “Nama lo bagus. Artinya apa?”
Perempuan itu tertawa kecil mendengar pertanyaan Tommy. “Sakimi itu nama marga Jepang saya. Ayah saya dari Jepang. Kalau Ai itu artinya cinta, soalnya saya lahir pada hari Valentine,” jawab Ai.
“Ai itu artinya apa tadi?” tanya Tommy lagi.
“Cinta,” jawab Ai.
“Kok kayak perasaanku ke kamu?” gombal Tommy. Baru kenal atau pun sudah dekat, gombal tetap harus diluncurkan, hehe…
“Tom… baru kenal udah lo gombalin,” sindir teman-temannya.
“Ya sudah, Ai silakan duduk di bangku kosong di sana,” ujar Pak Ferry. “Now, I will explain about procedure text. Open your book, please. Page 46.”
Ai duduk di bangku kosong di belakang Tommy dan Erwin. Tommy kini lupa dengan Raita dengan mudahnya. Memanfaatkan kesempatan, Tommy pun bertanya pada Ai.
“Ai,” panggil Tommy. “Ai bawa buku paket?”
“Saya belum punya,” jawab Ai.
“A’ak Tommy pinjamin buku paket, nih. Satu untuk berdua, ya,” sahut Tommy sambil pindah ke bangku sebelah Ai. Ia bawa pula buku-bukunya. “Win, lo duduk sendiri dulu, ya,” bisik Tommy ke Erwin.
***
Lambat laun, bayangan Raita di hati Tommy kian menghilang, tergantikan oleh Ai. Tommy bahkan kini punya sebutan khusus untuk memanggil Ai, yaitu Ai-chan. Namun, gadis berdarah Jepang itu bersikap biasa saja ketika didekati Tommy. Mungkin itu karena kepolosan Ai.
Hari ini tanggal 14 Februari, hari yang sering dirayakan sebagai hari kasih sayang atau hari Valentine. Dan hari ini menjadi lebih spesial bagi Tommy karena bertepatan dengan ulangtahun Ai. Ditambah lagi, hari ini ia akan mengungkapkan perasaannya pada Ai.
Dengan sok gagah berani, Tommy turun dari bus yang ditumpanginya. Di tasnya, ia sudah menyiapkan kado berbentuk hati berisi coklat manis semanis Ai. Rencananya, ia hendak mengutarakan cinta saat pelajaran bahasa Inggris.
Bel sekolah kemudian berbunyi nyaring, jam bahasa Inggris yang ditunggu-tunggu Tommy telah tiba. Sialnya, ditunggu 30 menit, Pak Ferry belum datang juga. Dipanggil di ruang guru pun tak kelihatan batang hidungnya. Tommy pun menunggu waktu yang tak pasti.
Saking lamanya, Tommy sudah bolak-balik dari kelas ke ruang guru, tapi Pak Ferry tak kunjung ada.
“Dasar, guru yang harusnya jadi teladan malah nggak disiplin,” gumamnya.
“Siapa yang nggak disiplin, Tom?” tanya seorang pria yang tiba-tiba ada di depannya. Pria itu adalah Pak Ferry sendiri.
“Eh, nggak, nggak pa-pa, Pak,” sahut Tommy salah tingkah.
“Ayo, masuk kelas. Malah jalan-jalan di luar,” tuduh Pak Ferry.
Tommy masuk dengan patuh. Dalam hatinya, ia membatin sebal. Gue tadi kan nyariin Pak Ferry…
Pak Ferry menaruh tasnya di meja guru, lalu berkata di depan kelas. “Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, hari ini kalian akan melakukan presentasi procedure text di depan kelas. Siapa yang ingin maju duluan?”
Tommy mengangkat tangannya dengan semangat, namun Pak Ferry tidak juga menunjuknya. Ia seakan menunggu anak-anak lain mengacungkan tangannya, tapi tak ada yang lain selain Tommy.
“Okay. Karena tak ada pilihan lain, silakan Tommy maju untuk melakukan presentasi,” kata Pak Ferry.
Berlanjut ke Bagian 2…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar