S
|
ETELAH kejadian “Pameran Cihuy”, Tommy jadi paham kalau
mencari pacar tak semudah yang ia duga. Dulu, ia menduga mencari pacar itu
tinggal menyatakan rasa suka, diterima, lalu pacaran. Maklum, dia kan suka
menggoda gadis-gadis SMA di bus. Namun kenyataannya, pacaran itu tak semudah
membalik telapak tangan.
Tommy sudah tahu ia akan ditolak
mentah-mentah jika nembak Raita. Masalahnya, Raita punya prinsip soal pacaran.
Gadis berstandar tinggi seperti itu mana bisa Tommy gapai? Meski begitu, Tommy
masih belum menemukan pengganti Raita. Siswi-siswi SMA yang ia goda di bus pun
hanya datang dan pergi di hatinya. Easy come, easy go.
Erwin menjentikkan jarinya di
depan Tommy. “Tom, jangan melamun saja. Pak Ferry sudah datang,” kata Erwin.
Tommy tersadar dari lamunannya. Kemudian,
seorang guru berusia kepala empat masuk ke kelas. Ia membawa tas selempang
hitam. Rambutnya hitam rapi, berkacamata, dan wajahnya bulat. Namanya Pak
Ferry. Meski murah senyum, guru bahasa Inggris ini agak menjengkelkan karena
sering terlambat masuk kelas.
Namun tak seperti biasanya, Pak
Ferry datang tepat waktu hari ini. Ia tersenyum manis. “Good morning, children!
Kali ini saya sengaja datang tepat waktu untuk menyambut murid baru di kelas
ini,” kata Pak Ferry.
“Murid baru?” gumam Tommy. Ia pun
menyahut girang perkataan Pak Ferry. “Cewek apa cowok, Pak?”
“Perempuan, Tom,” jawab Pak Ferry.
“Cihuy! Cantik, Pak?” tanya Tommy
lagi dengan muka senang.
“Iya, Tommy. Itu anaknya sudah
datang. Ayo, come in,” panggil Pak Ferry ramah.
Seorang perempuan masuk ke kelas
dengan menggendong tas. Kulitnya kuning cerah, lebih cerah dari Raita. Gaya
berjalannya anggun. Rambutnya hitam sepunggung, dikuncir dua di belakang. Kepalanya
sedikit menunduk sehingga wajahnya tak terlihat. Namun, dilihat dari kulitnya,
sepertinya ia memiliki keturunan Oriental.
“Silakan memperkenalkan diri dulu,
Nak,” kata Pak Ferry lagi.
“Perkenalkan,” anak baru itu
menundukkan badannya sebagai tanda salam. Sewaktu menunjukkan mukanya,
terlihatlah senyum manisnya, pipinya yang tembem, dan matanya yang cantik.
“Nama saya Sakimi Ai. Biasa dipanggil Ai. Saya berasal dari Jakarta. Orangtua
saya pindah ke kota ini karena urusan pekerjaan.”
Melihat dia, Tommy langsung nge-fans.
Masalahnya, cara bicaranya mengingatkan Tommy pada anggota JKT48 yang dari
Jepang. Tommy pun dengan semangat ’45 mengangkat tangannya untuk bertanya.
“Gue… gue mau tanya,” kata Tommy.
“Nama lo bagus. Artinya apa?”
Perempuan itu tertawa kecil
mendengar pertanyaan Tommy. “Sakimi itu nama marga Jepang saya. Ayah saya dari
Jepang. Kalau Ai itu artinya cinta, soalnya saya lahir pada hari Valentine,”
jawab Ai.
“Ai itu artinya apa tadi?” tanya
Tommy lagi.
“Cinta,” jawab Ai.
“Kok kayak perasaanku ke kamu?”
gombal Tommy. Baru kenal atau pun sudah dekat, gombal tetap harus diluncurkan,
hehe…
“Tom… baru kenal udah lo
gombalin,” sindir teman-temannya.
“Ya sudah, Ai silakan duduk di
bangku kosong di sana,” ujar Pak Ferry. “Now, I will explain about procedure
text. Open your book, please. Page 46.”
Ai duduk di bangku kosong di
belakang Tommy dan Erwin. Tommy kini lupa dengan Raita dengan mudahnya.
Memanfaatkan kesempatan, Tommy pun bertanya pada Ai.
“Ai,” panggil Tommy. “Ai bawa buku
paket?”
“Saya belum punya,” jawab Ai.
“A’ak Tommy pinjamin buku paket,
nih. Satu untuk berdua, ya,” sahut Tommy sambil pindah ke bangku sebelah Ai. Ia
bawa pula buku-bukunya. “Win, lo duduk sendiri dulu, ya,” bisik Tommy ke Erwin.
***
Lambat laun, bayangan Raita di
hati Tommy kian menghilang, tergantikan oleh Ai. Tommy bahkan kini punya
sebutan khusus untuk memanggil Ai, yaitu Ai-chan. Namun, gadis berdarah Jepang
itu bersikap biasa saja ketika didekati Tommy. Mungkin itu karena kepolosan Ai.
Hari ini tanggal 14 Februari, hari
yang sering dirayakan sebagai hari kasih sayang atau hari Valentine. Dan hari
ini menjadi lebih spesial bagi Tommy karena bertepatan dengan ulangtahun Ai.
Ditambah lagi, hari ini ia akan mengungkapkan perasaannya pada Ai.
Dengan sok gagah berani, Tommy turun
dari bus yang ditumpanginya. Di tasnya, ia sudah menyiapkan kado berbentuk hati
berisi coklat manis semanis Ai. Rencananya, ia hendak mengutarakan cinta saat
pelajaran bahasa Inggris.
Bel sekolah kemudian berbunyi
nyaring, jam bahasa Inggris yang ditunggu-tunggu Tommy telah tiba. Sialnya,
ditunggu 30 menit, Pak Ferry belum datang juga. Dipanggil di ruang guru pun tak
kelihatan batang hidungnya. Tommy pun menunggu waktu yang tak pasti.
Saking lamanya, Tommy sudah
bolak-balik dari kelas ke ruang guru, tapi Pak Ferry tak kunjung ada.
“Dasar, guru yang harusnya jadi
teladan malah nggak disiplin,” gumamnya.
“Siapa yang nggak disiplin, Tom?”
tanya seorang pria yang tiba-tiba ada di depannya. Pria itu adalah Pak Ferry
sendiri.
“Eh, nggak, nggak pa-pa, Pak,”
sahut Tommy salah tingkah.
“Ayo, masuk kelas. Malah
jalan-jalan di luar,” tuduh Pak Ferry.
Tommy masuk dengan patuh. Dalam
hatinya, ia membatin sebal. Gue tadi kan nyariin Pak Ferry…
Pak Ferry menaruh tasnya di meja
guru, lalu berkata di depan kelas. “Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya,
hari ini kalian akan melakukan presentasi procedure text di depan kelas. Siapa
yang ingin maju duluan?”
Tommy mengangkat tangannya dengan
semangat, namun Pak Ferry tidak juga menunjuknya. Ia seakan menunggu anak-anak
lain mengacungkan tangannya, tapi tak ada yang lain selain Tommy.
“Okay. Karena tak ada pilihan
lain, silakan Tommy maju untuk melakukan presentasi,” kata Pak Ferry.
Berlanjut ke Bagian 2…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar