Sepulang sekolah, The Rangers
berkumpul di rumah Tommy. Mereka membicarakan soal Ai. Kunti sedari tadi
membuntuti mereka, tapi kini tak berani masuk rumah Tommy. Karena merasa tak
bisa melakukan apa-apa lagi, Kunti pun lega. Ia kini tinggal melaporkan semua
pada Ai dan mendapat majalah boyband favoritnya.
Sedangkan di rumah, Tommy terlihat
kurang bersemangat, sepertinya karena jawaban Ai sebelum ini. Ia lalu bertanya
pada teman-temannya tentang Ai.
“Apa saran kalian biar Ai mau sama
gue?”
“Lo nggak boleh genit sama
cewek-cewek,” saran Tofan.
“Kalo gue udah punya pacar,
kebiasaan itu mungkin akan hilang dengan sendirinya,” timpal Tommy. “Menurut
lo, Sur?”
“Menurut I, sing a song sambil
main guitar di depannya itu yang the best,” sahut Surdi.
“Gue nggak bisa nyanyi, apalagi main
gitar,” timpal Tommy lagi.
“Menurutku, mungkin dengan puisi.
Mengajaknya ke suatu tempat, lalu membacakannya. Romantis kan?” saran Erwin.
“Wah, ide lo bagus, Win. Lo bisa
bikinin gue puisi? Hehe…” pinta Tommy sambil nyengir.
“Jangan, Tom. Lebih baik kamu buat
sendiri. Kalau aku yang membuat, namanya bukan dari usahamu sendiri,” sahut
Erwin.
“Oh, begitu…” Tommy
manggut-manggut.
Malamnya, Tommy mencoba SMS-an
dengan Ai sambil membuat rencana. Rencana untuk menembak Ai lagi dengan puisi.
Tommy : Ai-chan, udah bisa bilang jawabannya?
Ai-chan : Maaf, Tommy-kun. Belum.
Tommy : Kok ‘Tommy-kun’? Manggilnya ‘Tommy-ku’ aja
bisa? :3
Ai-chan : Artinya kan beda.
Tommy : Hehe… Ai-chan besok Minggu ada acara?
Ai-chan : Pagi-pagi saya mau sepedaan.
Tommy : Sama siapa? L *alay*
Ai-chan : Sendirian, Tommy-kun. Tapi biasanya sepedaan
jam 5-an.
Tommy : Pagi-pagi sepedaan sendirian ngapain? :o
Ai-chan : Refreshing saja.
Tommy : Mau kutemenin? :3
Ai-chan : Masa cuma ber2?
Tommy : Nggak pa-pa dong. Kan biar so sweet :3
Ai-chan : Gak usah deh. Nanti kalau dikira saya sama
Tommy-kun ada apa-apa.
***
Pada hari Minggu, Tommy bangun
pagi. Tak tanggung-tanggung, dia bangun pukul setengah 5. Kucingnya sampai
memandang keheranan. Padahal pada hari libur, biasanya Tommy bangun pukul 8
atau 9, malah pernah sampai jam 11. Sungguh suatu keajaiban, batin kucing
Tommy.
Kemudian Tommy mandi dan
bersiap-siap berangkat naik sepeda. Benar, Tommy ingin menghampiri Ai dan
bersepeda bersama. Meski Ai berkata tidak usah, Tommy tetap pergi ke sana tanpa
menghiraukan karang yang menghadang. Ia langsung keluar tanpa berpamitan pada
orangtuanya, hanya menuliskan pesan di depan pintu kamarnya. Tommy menulis
pesan itu dengan tulisan besar-besar. Tulisannya adalah: Emak, Bapak, gue lagi
sepedaan sama temen gue.
Di gang rumahnya, Ai keluar dan
bersepeda. Ia kemudian terkejut melihat Tommy sudah ada di ujung gang.
“Hai, Ai-chan!” sapa Tommy sambil
senyum-senyum.
“Saya kan sudah bilang ‘gak
usah’,” sahut Ai.
“Hidup gue, cara gue,” kata Tommy
sambil mengerdipkan matanya.
“Terserah deh. Saya larang pun,
kamu pasti gak mau,” sahut Ai lagi dengan putus asa.
Tommy nyengir. Mereka berdua pun
bersepeda bersama. Namun, Ai-chan cenderung diam saat bersepeda. Tommy pun
mencari bahan obrolan.
“Ai-chan suka sepedaan?” tanya
Tommy basa-basi.
“Suka. Kenapa?” sahut Ai.
“Tanya doang, sih. Gue juga suka
sepedaan waktu SMP. Waktu SMA udah jarang, soalnya pada naik motor semua.
Biasanya pas SMP, gue sepedaan sama temen-temen gue ke warnet buat main game
online,” cerita Tommy. “Kalau Ai biasanya sepedaan ke mana?”
“Saya sukanya ke tempat yang
pemandangannya indah dan kehijauan. Tapi kalau di kota ini, saya belum tahu
banyak tempat-tempatnya. Apa Tommy-kun tahu?”
“Mm…” Tommy berpikir sejenak. “Oh
iya, gue tahu tempat yang bagus. Ai-chan pasti suka.”
Tommy pun bersepeda menuju tempat
yang ia maksud. Selama perjalanan, mereka berdua sangat menikmatinya, terutama
Tommy. Tommy dan Ai lalu bersepeda menuju sebuah gang buntu. Sesampainya di
ujung gang buntu, Tommy menepuk bahu Ai dan menunjukkan pemandangan di
depannya.
Berlanjut ke Bagian 4...