(Penulis ingin memberikan sesuatu yang berbeda bagi pembaca. Saat
ini, penulis menyajikan The Rangers versi novel. Inilah kisah petualangan terbentuknya
The Rangers. Selamat membaca!)
M
|
ALAM itu, lima orang anak tengah bersepeda. Aneh. Jika hendak
bersepeda, mengapa harus malam-malam? Wajah mereka jadi tak terlihat jelas.
Apalagi mereka bersepeda ke sebuah gang yang tidak begitu banyak lampu
jalannya. Yang terlihat dari mereka hanya bayangan sepeda dan tubuhnya. Yang
satu bertubuh kecil, yang lain terlihat jangkung dan kurus, ada yang berambut
lurus maupun yang berambut ikal, dan yang terakhir berambut panjang, sepertinya
perempuan. Dan anehnya lagi, mereka hanya diam sepanjang perjalanan.
Beberapa puluh meter kemudian,
mereka berhenti dan memarkirkan sepedanya di sebuah tempat seperti lapangan.
Sebenarnya tempat itu tak begitu jelas terlihat karena gelap. Yang menerangi
hanyalah lampu jalan, lampu rumah, dan lampu-lampu kota di ujung lapangan yang
jauh.
Mereka berlima pun duduk berjajar
di sana, beralaskan rerumputan. Mereka memandangi langit penuh bintang dengan
pandangan penuh harap bercampur sedih.
“Kok pada diem sih? Ayo dong, semangat!”
Terdengar suara cowok bertubuh kecil.
“Yes, it’s true. Ayo kita
singing!” sahut cowok jangkung. Ia kemudian mengeluarkan gitar dari tas gitar
yang sedari tadi bertengger di punggungnya.
“Lo mau nyanyi apa, Gan?” tanya
cowok berambut lurus yang memakai kacamata.
“Yang pas buat suasana kayak gini
itu a romantic song. Misalnya, twinkle-twinkle little star,” jawab si jangkung.
Namun tak ada yang tertawa oleh kata-kata konyolnya.
Beberapa saat mereka diam, lalu satu-satunya
cewek di sana mulai mengatakan sesuatu. “Temen-temen, kalian inget, nggak, waktu
kita pertama kali ketemu? Rasanya udah lama banget, ya?”
Sambil melihat bintang, cowok berambut
ikal kemudian bercerita. “Apa kalian ingat? Waktu itu aku…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar