“Eh,
eh, gue mau pakai celana gue dulu…!” kata Tofan panik.
Bagas
dan Ardhi lari menuju kelas. Ia berkata pada teman-temannya dengan panik.
“Temen-temen!
Gawat, itu… Surdi…, sama Tofan… ditangkep To…” sahut Bagas dan Ardhi
terbata-bata.
“To…?
Tokek?” terka teman-temannya.
“Bukan…”
sahut Bagas.
“Oh,
gue tahu. Tomcat?” terka salah satu dari mereka.
“Bukan,
Bego!” maki Ardhi. “Surdi sama Tofan ditangkep Topeng Tengkorak!”
“Ah,
ini pasti akal-akalan lo kan, biar kita ketipu lagi?” sahut salah satu dari
mereka.
“Enggak.
Kita serius. Kalo nggak percaya, ayo pergi ke ruang ganti cowok.”
“Gue
kan cewek,” ujar salah satu dari mereka sok imut.
Tiba-tiba
Indra masuk ke kelas membawa jajanan. Begitu melihat teman-temannya berkerumun,
Indra menghampiri.
“Ada
apa lagi ini?” tanyanya.
“Gawat,
Culun!” Bagas mengguncang pundak Indra. “Surdi sama Tofan ditangkep hantu
bertopeng tengkorak di ruang ganti!”
“Hah?
Jadi itu bukan ulah kalian?” tanya Indra terkejut.
“Bukan
kita. Serius,” Bagas mengacungkan dua jarinya ke atas.
Indra
diam sebentar, kelihatan bengong. “Sebenarnya…” Indra berkata serius sambil
membenarkan letak kacamatanya. “Sebenarnya gue pernah denger cerita dari ibu
kantin.”
“Cerita
apa?” tanya Ardhi.
“Katanya…,”
Indra mulai bercerita. “Dulu pernah ada anak yang sukanya dibully sama
anak-anak sok jagoan di SMA ini. Anak itu tinggal di rumah hanya bersama
neneknya. Ibunya telah meninggal dan ayahnya suka bepergian untuk bekerja.
Suatu hari, anak-anak sok jagoan itu mengunci anak tersebut di dalam ruang
ganti. Dan parahnya, penjaga sekolah pun tak tahu kalau masih ada anak di
dalamnya. Penjaga sekolah menguncinya dan anak itu tak bisa keluar. Sampai
keesokan paginya, penjaga sekolah menemukannya dan ia keluar menjadi gila.
Beberapa hari kemudian…,” Indra menelan ludah. “Ia gantung diri di parkiran
sekolah karena tak tahan menjalani hidupnya yang sepi dan penuh siksaan.”
“Wah,
mengerikan…”
“Apa
hantu bertopeng tengkorak itu arwahnya?”
“Tapi
mengapa baru sekarang ia muncul?”
Beberapa
pertanyaan dari teman-temannya muncul bertubi-tubi.
“Terus
apa lagi yang lo tahu?” tanya Ardhi.
“Katanya,
ia akan membalaskan dendamnya. Ia akan menghantui anak-anak yang suka membully
anak lain,” sahut Indra.
“Hiii….”
Bagas bergidik.
Tak
lama, Tofan masuk ke kelas bersama Surdi yang sempoyongan sambil memegangi
kepalanya. Teman-teman sekelasnya menghampiri dan bertanya bagai kerumunan
wartawan yang menyerbu artis.
“Lo
kok lama? Habis diapain sama hantu itu?” tanya mereka.
“The
ghost punya magic yang bikin I pingsan,” sahut Surdi.
“Bukannya
lo yang ketakutan sampai pingsan?” tanya Ardhi.
“Hehe…”
Surdi hanya nyengir.
“Gue
lihat sosok topeng tengkorak itu. Tapi nggak tahu, habis itu dia ngilang,” ujar
Tofan.
***
Sorenya,
Tofan hendak pergi untuk ngeband dengan Surdi. Rencananya, mereka hendak
ngeband di studio dekat rumah Kunti pukul 4 sore. Namun anehnya, sekarang masih
jam 3 sore dan Tofan pergi bersama Erwin dan Tommy.
Band
Tofan bernama Bats. Nama band itu berasal dari singkatan nama-nama personilnya,
yaitu Bagas sebagai basis, Ardhi sebagai vokalis, Tofan sebagai drummer, dan
Surdi sebagai gitaris. Walau Bagas dan Ardhi itu suka jahil dan iseng, namun
mereka memiliki jiwa musik yang tinggi. Tanpa mereka, band Bats mungkin tak
sebaik sekarang.
Soal
nama band, sebenarnya Surdi pernah mengusulkan nama “Sabt” (baca: sabet), tapi
langsung ditolak mentah-mentah oleh yang lain. Lagipula, nama “Bats” memiliki
filosofi tersendiri. Bats yang berarti kelelawar melambangkan keunikan, kebebasan,
dan jiwa musik yang tinggi.
Tofan,
Erwin, dan Tommy mampir sebentar di rumah Kunti. Di sana sudah ada sebuah
skutermatik. Dan ketika mereka mengetuk pintu ruang tamu yang terbuka, sudah
ada Kunti dan sesosok makhluk dengan mata yang bercahaya.
***
Pukul
setengah 4. Bagas masih tidur terlelap di kamarnya. Dasar pemalas! Namun, tidurnya
terganggu oleh bunyi ketukan di jendela kamarnya. Tuk, tuk, tuk! Bagas setengah
sadar menegakkan kepalanya dan memandang ke arah jendela. Ia melihat sosok
memakai jubah dan pakaian hitam dengan topeng tengkorak. Begitu sadar, ia
langsung terkejut sampai-sampai terjatuh dari ranjangnya.
Bagas
kemudian terbangun sambil mengelus punggungnya yang sakit setelah jatuh. Ia
melihat kembali ke arah jendela, namun sosok topeng tengkorak itu menghilang.
Bagas sebenarnya tak berani mendekat, tapi ia melihat tulisan di jendelanya
berwarna merah darah. Ia mendekati jendela dan membaca tulisan itu.
“Pembully
harus mati?” gumamnya bertanya-tanya.
Berlanjut ke Bagian 3...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar